Ini
adalah hari pertama aku melewati hari pertama dikota solo,kota panas,gersang,jg
tak ada yang ku kenal.
Mungkin
itu hanya sebuah awal yang akan berpenghujung,dan hanya kesan pertamaku saja.
Masih ada
hari esok atau lusa untukku merasa lebih baik dari ini.
kenapa
aku masih merasa kesepian?padahal setiap hari,kapenpun,dimanapun,aku juga
merasakan hal ini.
Tapi,biarlah.masih
banyak hal yang lebih penting dan bermakna dari ini.
Tentang
masa depanku juga tentang langkahku kedepan mau bagaimana.
Sebenarnya
ini hanya masalah adaptasi.Tentang bagaimana caraku tuk bertahan hidup.Bertahan
dari kerasnya kehidupan.
Memilukan
memang,kalau aku harus merasakannya lebih dalam.
Karena
detik saat aku membuat tulisan ini tak ada satupun kawan disampingku.
Tak ada
yang bisa kuajak berbagi,tuk saling mencurahkan problema yang menggempur jiwa.
Ini bukan
penderitaan ataupun siksaan yang kejam,dimana aku menjadi pihak yang paling
dirugikan.
Aku akan
berjuang untuk diriku dan masa depanku,serta untuk keluargaku yang selalu
memberi dorongan mental,material jg spiritual.
Aku tak
mampu melakukan banyak hal kali ini,hanya sedikit pemahaman yang kudapat.
Kelak
akan kuingat hari-hari pertama yang kulewati dengan susah payah dan melelahkan ini.
Hari
kedua juga membuatku bosan,begitu juga dengan hari-hari berikutnya.masih juga
membosankan.
Terlebih
bila aku sedang duduk termangu sendirian,hati dan pikiran juga tak bisa
berfikir jernih.Karena ini hari dimana aku harus belajar mandiri apapun yang
aku lewati merupakan tolak ukur kedepan.
Mungkin
ini tema yang takkan pernah terdeteksi oleh suatu apapun.Memang benar dimanapun
aku menjejakkan kaki,semua trasa sama entah keadaan atau apapun.
Tapi aku
hanya manusia biasa yang masih bisa merasakan jenuh,bosan,dan benci dengan
suasana yang selalu sama.
Dengan
sedikit mental saja untuk membuatku lebih tegar.Jangan takut pada apapun yang
ada didepan kita,karena itu hanya sedikit dari bagian kehidupan yang sering
kita dengar dengan istilah “cobaan”.
Hingga
pada saatnya tiba,aku akan berjuang tanpa gentar.Langkahku kini semakin
tegar,tanpa gentar,walaupun banyak halilintar yang menyambar-nyambar.
“Karena
apa?”
Karena
kakiku telah mengeras.Mengeras akibat berpacu dengan waktu,melangkah dengan
jejak yang tertinggal diatas aspal yang membara.
Mungkin
siapa yang tau?,bahkan siapa yang mau tau?
Itu
sedikit tanya yang hanya akan terjawab pada masanya yang akan tiba.Aku
bersumpah demi namamu Ibu.........
Hari ini
ddan selama aku bernafas aku takkan mudah tuk tertunduk pada rintangan.
Tuhanpun
maha tau,jalanku akan terasa lebih mulus dan longgar dengan sedikit hambatan.
Memori
kelam dimasa lampau adalah kebaikan didepan sana.
Rasa malu
hannya akan mengantarkan kita pada keterpurukan.Jadi,aku akan menjauhinya
dengan kemampuan terbaik yang Tuhan berikan.
Meski
sedikit aku tentu mempunyai rasa malu.Karena pada hakekatnya,hanya orang
gilalah yang tidak mempunyai rasa itu.
Aku
memang berbeda,kata orang aku aneh.Tapi kataku mereka hanya belum mengerti apa
sebenarnya yang disebut ‘unik’.
Aku tak
menghiraukan apa yang orang katakan.Aku hanya peduli tentang bagaimana caraku
melangkah tanpa ragu,melangkah tanpa bayang-bayang hitam yang pernah
membuntutiku.
Aku geram
saat aku sendiri tak mengetahui siapa aku?.Mencari jati diri yang masih
terpendam huru hara.
Jauh didalam
edukasi yamg sedang kupelajari,aku tau betul siapa diriku,tentamg bagaimana aku
terlahir kedunia.Semua terlampau gamblang untukku telusuri.
Akupun
tau pada masaku baru bisa terbujur tak berdaya dan hanya tertopang tulang
rawan.
Kisah itu
takkan pernah kulupakan agar aku semakin kuat ddan tau seberapa rentan bila aku
harus berbangga.
Sebenarnya
aku ingin mati sebagai ‘parasit’ dan hidup kembali dengan pundi-pundi
‘mutualisme’.Pasti akan lebih menyenangkan daripada dorprize-dorprize yang
ditawarkan dilayar kaca.
Kembali
pada puncak kebosananku..Aku ingin mengatakan ini pada ayah.Bahwa “anakmu
banyak berubah tergerus masa”.
“Sebenarnya
aku malas untuk terus mengerutkan dahiku,karena harus terus-terusan berjibaku
dengan argumen kita masing-masing”.
Kelak,jika
aku pulang.Berilah sedikit kesempatan agar kita bisa menuangkan kehangatan sebagai
hubungan yang harmonis.Ayah......kumohon lupakan segala kesalahanku.Agar
langkahku tak tertatih seperti langkah
teripang.
Walau
berat akan kujalani dengan tegar,apabila kau meridhoi jalanku.ini aku
benar-benar menguras segala sesuatu yang aku miliki,walau keluh kesah kadang
terdengar.
Begini.......
Ku awali
dari tempat tinggalku sekarang.Welah dalah......sungguh menambah rasa bosanku.
Bagaimana
tidak,penghuninya saja seperti patung.Hanya terdiam sepertinya acuh tak begitu
peduli padaku dan teman sekamarku.Aku tak begitu mengerti dengan semua
ini.Mungkin karena kami berbeda,mungkin juga karena ada pembatas diantara
kami.Aku sadar benar siapa diriku dan apa posisiku.Hingga kini sepertinya tak
mau berbaur dengan kami.
Sudahlah,aku
takkan terus berlarut-larut dalam kegundahan ini.Biarlah mereka seperti
apa,yang penting kami sudah berusaha bersikap baik.Karena hanya itu yang bisa
kami lakukan untuk sekarang ini.Sebenarnya aku hanya iugin hidup berdamping
dengan mereka dengan damai seperti keluarga sendiri.Aku menginginkan hal itu
karena disini tak ada siapapun keluargaku yang tinggal dalam satu atap.
Hanya ada
satu anggota keluargaku disini,dialah adik perempuanku.Dia adalah anak
perempuan dari pamanku,atau bisa dibilang juga,sepupuku.
Mungkin
semua orang yang ada di kota ini mempunyuai berjuta karakter yang saling
bertolak belakang.Tapi,kumohon.Buanglah rasa sombong dari hati mereka ya
ALLOH,agar mereka bisa menjadi teman sekaligus keluarga yang baik selama aku
disini,atau mungkin selama hidupku.
Kian lama
waktu yang terlewati,ahirnya aku tahu
bahwa ini hanyalah semacam ospek bagi kami,anggota kost baru.
Hal itu
membuat tawa dan kejenakaan yang semakin mencuat.Ternyata anggapanku selama ini
keliru.Memang benar,berjuta manusia,berjuta pula karakter.Namun tak semua
karakter tak sejalan dengan angan kita.Meskipun usai sudah kegundahan akan
perasaan sendiri,masih ada banyak problema yang aku rasakan,dan terus akan
menjadi huru-hara.
Tak
terasa nafas ini mulai berkurang ketajamannya,mulai merasa terkekang dalam
kebebasannya.Dan semakin lama membangunkanku dari hibernasi yang terlalu nikmat
dirasakan.Separuh nafasku hilang dalam hela.semakin menyempit dan seperti
mencekik rongga paru-paruku.Faktaya memang begitu,karena teman yang datang
terus silih berganti tak ada hentinya.Apa masih bisakah disebut teman?.
Disaat
aku terpuruk dan membutuhkan tempat berbagi,seakan mereka hilang tertelan roda
sang waktu yang garang.Benar atau salah,itu hal yang terjadi tanpa ada
kebohongan sedikitpun didalamnya.Setiap kejadian apapun semakin membuatku yakin
akan perubahan yang akan terus abadi seperti Penciptanya sendiri.Langkah demi
langkah telah terlewati hingga ahirnya aku menyadari ada seseorang yang spesial
yang datang tiba-tiba tanpa rencana,tanpa sedikitpun aku menerka begini
jadinya.
Dialah Safa Hervana,seorang gadis manis cantik jelita dengan berbagai kelebihannya.Memang
pertama jumpa,entah aku atau siapapun pasti akan tertuju pada parasnya dahulu
kemudian akan mampu mengenalnya lebih dalam.
Safa memang gadis yang mendekati kesempurnaan.Selain parasnya yang menawan dan kalem
(dalam bahasa jawa sering disebut begitu).Nilai tambah yang lain masih banyak
tersisa bila kita keluar dari skrip tentang fisiknya.Dialah orang hebat dengan
IP tertinggi difakultas kami.Hampir sempurna IP yang dia peroleh.
Itu yang
membuatku semakin terispirasi pada seorang Safa Hervana,seorang gadis yang
nyaris sempurna bagiku itu.
Kenapa
begitu?
Jawabnya
terlampau mudah,karena Safa sangat baik padaku.Mungkin bisa dikatakan kami
muda-mudi yang mulai ‘dekat’ karena sering kami nikmati waktu berdua.Safa Hervana juga
sering memotivasiku lebih dari temanku yang lain,bahkan teman-teman
laki-lakiku.Semua perhatian yang aku tidak dapatkan dari orang lain,pernah Safa
berikan.
Satu hal
yang membuatku salut dengannya,selain fisik yang anggun dan sederhana,Safa juga
gadis yang tidak sombong dan tak mengenal gengsi tapi, penuh prestasi.Setiap
pulang kerumahnya yang ada di Yogjakarta dia selalu naik bus,dan dari tempat
kostnya dia berjalan kaki.
Hal yang
membuatku bingung,kenapa dengan fisiknya yang lelah setelah seharian berjibaku
dengan harinya,dia selalu bangun malam untuk melaksanakan sholat tahajjud.Waktu
belajarnyapun sama porsi dengan mahasiswa lain.Tapi kenapa dia menjadi yang
terbaik?
ha...ha...ha...
ha...ha...ha...
Aku
benar-benar tak habis pikir.Dialah satu-satunya wanita yang mau dekat dan
bergaul denganku,alasannya cukup masuk akal.Aku memang pria yang sesuka hati
dalam melakukan apapun,tanpa berpikir panjang terlebih dahulu,atau anak muda
sekarang sering menyebutnya ‘semau gue’.
Bila
dibandingkan antara aku dan Safa bagai ‘jenang dan ketan’,bak ‘malaikat dan
setan’.Memang sedikit hiperbola,tapi nyaris menjadi fakta.Safa dengan berbagai
kelebihannya,dan aku dengan berjuta kekuranganku.Sering teman akrabku di kampus
seperti Tama dan Fauz mengejekku akan hal itu.
Setelah
aku dan Safa semakin dekat harusnya aku katakan saja kalau aku menyukainya,agar
Safa percaya kalau aku bukanlah orang yang hanya suka main-main.Tapi hingga
sekarang aku tak pernah mengatakan hal itu padanya.Itu semua karena ada
seseorang yang mendahuluiku mengatakan “aku cinta kamu” padanya.
Mungkin
itu adalah yang terbaik daripada hubungan kami terus menggantung tanpa
kepastian,karena 8 bulan sudah kami saling mendekat.
Awalnya
aku curiga kenapa Safa menjadi berbeda.Caranya memperhatikan dan memperlakukanku
semakin lama semakin memudar dan kini telah resmi hilang.Hal itu membuatku
terjatuh dan semakin rapuh.Aku yang membuat lubang untuk diriku sendiri
terjerembab kedalamnya.Dan kini saatnya aku katakan bahwa ini murni
kesalahanku.
Lama
setelah Safa pergi,aku semakin tak karuan seperti amnesia dengan tujuan
utamaku.Tak ada lagi yang membangunkanku saat fajar mulai nampak,tiada lagi
orang yang mengajariku tentang kesederhanaan dan cara menumbuhkan
semangat.Telah sirna nasihat betapa pentingnya agama dalam hidup ini selain
keluargaku sendiri.Hilang sudah semua motivasi dan inspirasi yang sebelumnya
telah terlukis nyata dalam benak kecilku.Aku masih merasa tak terima dengan hal
yang terjadi.Tapi itulah kenyataan,sering memilukan dibanding membuat kita
riang.
Setelah
beberapa lama aku merasa kehilangan semangat,ada satu teman kostku yang sering
aku ajak berbagi dengan cara mengobrol.Hingga pada suatu ketika ada satu nomor
handphone yang dia berikan padaku.Entah nomor Handphone siapa yang dia
berikan,aku tak begitu tertarik dan malas untuk menanggapinya.Namun,ahirnya aku
kirm saja pesan singkat kenomor Handphone tersebut.Awalnya memang aku sembrono
dan seperti tak menganggap itu sebagai hal penting.
Pesan
yang aku kirim kenomor HP tersebut berisi bahasa yang tidak karuan dan
seringkali bagai omong kosong belaka.Hingga suatu ketika temanku Dadang (nama
panggilannya) memposting didinding facebook temannya.Mau tidak mau,pasti dia
tahu kalau memang akulah orangnya.Pria usil yang suka menggangu orang tanpa
banyak berpikir panjang.Pikirku “si dia” akan membalas perlakuanku
padanya.Tapi,itu hanya perasaanku saja yang seringkali negative thinking pada
seseorang.
Singkat
cerita.Aku mulai mengirimkan pesan singkat yang baik dan benar.Karena aku tahu
dia bukanlah orang jahat.Tapi,cenderung kearah lugu dan polos.Hingga pada suatu
malam yang sangat indah aku meneleponnya.
Sebut
saja “Lala” itu nama panggilanku untuknya.Bukan tanpa alasan aku memanggilnya
Lala,tapi ada beberapa penyebabnya.Lala merupakan tokoh dalam film anak-anak dengan
mata yang besar dan kulit coklatnya, (sebenarnya kuning) persis dengan ciri-ciri fisiknya.Selain
itu,cara tertawanya nyaris mirip dengan gelak tawa “Lala”.Itu sebabnya aku
memanggil dia dengan sebutan “Lala”.Memang bukan nama tulennya,tapi hingga
sekarang saat aku mengetik,masih sama.Tetap “Lala.”
Ha...ha...ha...
Memang
sedikit jenaka,dan mungkin juga hal itu yang membuat aku tertarik.Ada apa
dibalik semua ini.Mika Hana Efendi, nama yang akan kuingat dan pasti
kuhargai selagi itu benar.Ya,nama itulah nama asli dari “Lala”.Kalau teman-temannya
memanggil Lala dengan panggilan “Mika”, diambil dari nama depannya.Entah apa
panggilannya, aku tetap mengenalnya sebagai “Lala” yang gelak tawanya jenaka
dan sedikit menggelitik.
Baiklah....
Kembali
kecerita sebelumnya.Malam itu aku putuskan untuk menelepon Lala.Sekitar pukul
19:20 aku mengangkat HPku dan meneleponnya dengan tujuan meminta maaf atas SMS
yang sering aku kirim keponselnya.Setelah menunggu sejenak,ahirnya terhubung
juga.
Bunyi
“tut...tut...tut..” kian santer terdengar.Dan seketika berubah dengan bunyi
“krusek” pertanda teleponku telah ditanggapi olehnya.
Aku
berusaha membukanya dengan kata “halo”
Namun dia
lebih cepat dariku, bahkan megeluarkan dua kata sekaligus
“halo,assalamu’alaikum”.
Kemudin
bertanya,”maaf ini siapa ya?”.Aku sedikit gugup untuk menjawabnya.
“Hmmmm...aku
temennya Dadang”.
“Dadang siapa ya?”, dia kembali bertanya.
Langsung
saja aku jawab,”Dadang Junaedi, temen kamu.
Dia
menjwab dengan sedikit tertawa, “hehehe, oh ternyata kamu ya?”.
“Iya, ini
aku.Cowok yang suka SMS nggak jelas sama kamu”, aku merasa lebih tenang dari
sebelumnya.
Dia
kembali tertawa dan sembari mengatakan, “ya nggak apa-apa kok,nyantai aja”.
Agar
lebih jelasnya kurang lebih obrolan kami seperti dibawah ini.
Aku :”tapi, aku kan nggak enak.Udah sering
nggak sopan sama kamu”.
Lala :”hahaha, makannya mas...jangan sembarangan
kalau SMS.Jadi nggak enak sendiri kan?.
Aku :”hehehe, y mba.Abis aku nggak tau ini
siapa si...”
Lala :”lho...lho...lho...udah
nggak tau malah seenaknya sendiri.Pie to?”.(Logat jawanya mulai
nampak).
Aku :”makannya
aku mau minta maaf mba...”
Lala :”Ya
udah nggak apa-apa kok”
Aku :”Eh
lupa, nama kamu siapa ya?.Udah ngobrol dari tadi kok belum saling kenal”.
Lala :”difacebook
kan udah ada namanya mas”.
Aku :”ya
si, tapi kan lebih afdol kalau nanya langsung sama orangnya”(sebenarnya aku memang sudah tau).
Lala :”hehehe,
aku Mika Hana Efendi, kamu siapa?”.
Aku :”Liat
aja difacebook,hehehe bercananda, aku Rudy Bono Sembodo.Terserah mau panggil
apa yang penting jangan panggil belakangnya doang ya, kedengerannya nggak
enak”.
Lala :”hahaha,
emang kenapa?, aku panggil “Bodo” aja ya mas?”
Aku :”hust.Nggak
dipanggil beg* sekalian?”
Lala :”hehe,
becanda lho,jangan dimasukin hati.Terus aku panggilnya apa dong?”.
Aku :”kalau
temen-temen kebanyakan panggil aku
“Aput”.
Lala :”lho
kok bisa gitu mas?”.
Aku :”ada
alasan tersendiri, tapi aku nggak bisa cerita sama kamu.Eh, dari tadi kok
panggil aku mas terus si?, jadi ngerasa tua”.
Lala :”hmmmmm...ya
nggak apa-apa kalau nggak bisa cerita, aku kan Cuma nanya.Kan emang udah tua mas”.
Aku :"hehe iya juga sih".
Obrolan terus berlanjut hingga sekitar pukul 22:35.
Ahirnya kami saling mengenal satu sama lain,
walaupun Cuma lewat ponsel.
Hampir setiap hari kami SMSan (dalam bahasa anak
muda).
Hingga
suatu ketika aku tahu kalau Lala ternyata setiap harinya naik bus dari rumah
dan berjalan kaki kekampus.Aku ingin sekali mengantarnya pulang, sekalian
bertatap muka dengannya, karena dari pertama aku berhubungan lewat ponsel belum
sesekalapun aku bertemu dengannya.Dihari berikutnya
Lala yang sedang menunggu bus di Halte dekat kampus langsung saja kutawarkan niatku itu.Ternyata Lala mau aku mengantarnya pulang.Akupun langsung tancap gas menuju arah halte yang kira-kira hanya berjarak 500 M dari tempat kostku.Sebenarnya aku agak was-was bertemu dengannya.Tapi,aku tetap menuju halte.Karena itulah aku terlahir kedunia sebagai seorang pria !
hehehe...
Lala yang sedang menunggu bus di Halte dekat kampus langsung saja kutawarkan niatku itu.Ternyata Lala mau aku mengantarnya pulang.Akupun langsung tancap gas menuju arah halte yang kira-kira hanya berjarak 500 M dari tempat kostku.Sebenarnya aku agak was-was bertemu dengannya.Tapi,aku tetap menuju halte.Karena itulah aku terlahir kedunia sebagai seorang pria !
hehehe...
Sesampainya
di Bangjo (rambu lalu lintas) aku bingung Lala itu yang mana, karena banyak gadis-gadis yang
berkerumun di Bangjo.Aku tunggu saja dia di Halte bus.Tapi, tiba-tiba ada SMS
masuk,ternyata dari Lala.
“Bingung
ya nyari aku?”.Kurang lebih seperti itu SMSnya.Langsung saja aku balas pesan
singkatnya itu, kalau aku bingung yang mana si Lala.
Tak lama
kemudian ada sekumpulan gadis yang masuk ke Halte.Tapi,tak ada yang menunjukkan
lagak bahwa dia si Lala.
Tiba-tiba
muncul dari belakang gadis berbaju abu-abu kelabu, dan berjilbab dengan warna
yang sama.Dugaanku dialah si Lala.
“Bingung
ya nyarinya?” tiba-tiba gadis itu bertanya.
“Kamu
Mika ya?”(aku tau dari FBnya), akupun bertanya untuk meyakinkan kalau dialah Mika yang kucari.
Dan
diapun menjawab, “ya, aku Mika, kenapa tadi kok nggak berhenti?”.
“Mana aku
tau kalo kamu Mikaa?!” aku menyampaikan aspirasiku.
“Hehehe,
tapi sekarang udah tau kan?”.
“Ya udah
lah...Ayo?!”, aku mengajaknya pulang
sambil mengulurkan helm ditangan.
“Ayo”,Lalapun lekas memakai helmnya.
“Tadi lama ya nungguinnya?”, aku mencoba mengajaknya bercanda.
“Hehe, enggak! Cuma setengah jam”, mungkin Lala agak kesal.
“hmmm maaf ya, kan harus nyari dulu”.
“Tadi lama ya nungguinnya?”, aku mencoba mengajaknya bercanda.
“Hehe, enggak! Cuma setengah jam”, mungkin Lala agak kesal.
“hmmm maaf ya, kan harus nyari dulu”.
Kemudian
obrolan berlanjut diatas motorku yang sudah paruh baya.
Aku
meminta Lala sebagai penunjuk jalan,atau bahasa kerennya Guide diperjalanan kami kerumahnya.Aku memang
orang yang terkenal pelupa.Entah kenapa seperti itu, padahal usiaku masih
terlalu muda untuk menyandang predikat pikun.Perjalanan dari kampus kerumah Lala sekitar 1 jam bahkan lebih, jika menaiki bus.Tapi, aku mengebut untuk
mempersingkat waktu.Sebenarnya aku masih dalam kecepatan sedang, tapi beda
kalau menurut cewek.Sempat ditengah perjalanan ada dua muda-mudi yang
berboncengan dan melihat kearah kami sambil tersenyum.Dugaanku mereka adalah
teman Lala, yang mengira kami berpacaran.Haaaah sudahlah, birkan mereka tertawa
tapi, memang itu yang kuharapkan.
Satu
jampun terlewati dengan cepat, hingga ahirnya sampailah kita dirumah
Lala.Kembali rasa was-was menghantuiku.Tapi, kenapa aku harus takut?.Aku
seorang pria, apapun yang terjadi haruslah kuhadapi.Memang sedikit lelah
setelah perjalanan satu jam yang gersang tanpa ampun.Namun, bila melihat senyum
dan cara “imut” panggilanku untuk Lala dengan sedikit mengejek kepanjangan dari (item mutlak) berbicara,
hilang sudah rasanya lelah itu.Apalagi adik Lala yang hanya terpaut satu tahun
dengan kakaknya itu membawakan aku segelas teh yang menyegarkan.Semakin
betah dibuatnya.Menit demi menit terlewati, bahkan jam demi jam terlampaui di
Rumah damai milik keluarga Lala.Tapi disela-sela obrolan kami, datang teman
Lala yang ingin mengajaknya keluar mencari buah segar.Aku memang tidak suka
saat damai seperti sekarang ini ada seseorang yang mengganggu.Itu memang
kepribadian jelekku.Tapi, itulah aku, tidak suka terlalu akrab dengan wanita
selain yang kuberi rasa lebih.Agaknya terdengar konyol.Namun, mau bagaimana
lagi begini adanya.Akupun merasa tadak betah terus berada di situ karena
kedatangan teman Lala.Mungkin lebih tepatnya aku merasa tidak enak dengan Lala
dan temannya.Sebenarnya aku memutuskan pulang kekost.Tapi, nyaliku menciut saat
berada di depan gadis-gadis.
Hahahaha...aku
tertawa bila teringat akan hal konyol tersebut.Tapi, aku tetap tidak setuju
kalau aku disebut sebagai orang yang aneh.Aku tetap pada pendirianku, kalau aku
lebih suka disebut unik dibanding aneh.Aku tak mau ada kebohongan diawal
perjumpaan ini.Langsung saja aku katakan pada Lala kalau aku malu kalau ada
teman-temannya itu.Kemudian aku menyuruh Lala untuk mrminta temen-temannya
untuk menyingkir sejenak karena aku mau pulang.
"Hahahaha..dasar
pria konyol yang nggak punya nyali !" gerutuku dalam hati.
Aku
seperti tak terima pada diriku sendiri.Biarlah semua berjalan seperti
seharusnya tanpa ada kebohongan didalamnya.Memang Lala mau menemaniku keluar
rumah.Mungkin agar nyaliku yang menciut kembali tumbuh dan berkembang bagai
kehidupan.Itupun masih tetap membuatku tersipu malu bagai gadis kecil yang
lugu.Hingga ahirnya dua temannya itu pergi, mungkin Lala yang menyuruhnya
secara diam-diam melalui ponsel.
Akupun
bangun dari tempat dudukku sembari meminta Lala memanggil ibunya untukku
berpamitan.Tetapi, beliau sedang tak enak badan dan tak bisa keluar
menemuiku.Sebenarnya perasaanku agak sedikit tak enak, hingga menimbulkan
berbagai tanya didalam kalbu.Sudahlah, untuk kali ini aku mencoba untuk
berpikir positif.
Akupun
bergegas keluar dari rumah Lala yang unik dan nyaman itu.Uluran tanganku Lala
sambut dengan senyum,begitu juga adiknya.Hal itu membuatku riang seakan
melayang.Apakah ini yang disebut “cinta pada pandangan
pertama?”.Entahlah...yang jelas aku merasa senang hari ini.Setelah aku
menyalakan mesin motorku dan kemudian aku keluar gang, ternyata kedua temannya
berada di ujung gang.
Dasar Lala.Aku merasa tak enak dengan mereka berdua.Karena itu, langsung saja aku
tancap gas sekencang-kencangnya.Dan akupun pulang ditemani senja dengan warna
jingga diufuk barat dan panorama asri Yogyakarta.
Semilir
angin serasa bernyanyi menyambutku pulang.Semua bagai berwarna dan berirama
mengiringi putar roda.Bagai langit senja ditutupi surga hingga membuatku
terlena dan terlupa kalau aku lupa arah jalan pulang.
Memang
ini hariku.Aku terus saja berjalan tanpa henti dan ternyata tak ada satu jam kemudian
aku sampai di depan gerbang kost Fajar.Semua terasa begitu indah dan tanpa
cela.Membuatku tuli akan suara yang membuatku gundah.Apapun itu, yang jelas aku
bahagia hari ini.Dan terus berlanjut saat aku mengahiri masaku terjaga.Hari
demi hari kulewati dengan begitu cepat,hingga pada saatnya aku mengajak Lala
keluar,atau anak-anak muda jaman sekarang sering menyebutnya dengan ‘ngedate’
atau jalan berdua.Lala memang mau aku ajak jalan.Tapi, dia malah mengajak dua
temannya, Tata dan Putri,begitu nama panggilan mereka.
Singkat
cerita kamipun pergi kesebuah curug (air terjun).Haripun berlalu dengan begitu
cepatnya,seperti tak mau menghitung lama,detik demi detik,menit demi menit, dan
jam demi jam.Kami cukup menikmati suasana di sana.Dengan segala pernak-pernik
dan asesoris curug.Itu membuat aku dan Lala semakin dekat seperti telah saling
kenal sejak lama.
Hari demi
hari yang aku lewati begitu cepat dan tak terlalu terasa.Suatu hari aku
memutuskan mengajak Lala pergi kesebuah taman, dan ahirnya kata-kata itupun keluar dari mulutku.Walau terasa canggung.Dan aku memberanikan diri agar aku bisa
mengatakannya.Entah apapun yang akan aku tuai, aku siap.Ternyata Lala juga
menyambut bait-bait sulitku dengan tidak mengecewakan, dan.....jadilah kami
dalam satu keadaan yang nyaman.
Sekarang
Lala telah mempunyai hubungan spesial denganku.Dia harus tau konsekuensinya
berhubungan denganku yang notabennya adalah pacarnya.Banyak hal-hal baru yang
kulalui bersamanya, dan itu membuatku bagaikan tanpa jarak dengannya.
Lambat
laun kami mulai mengetahui benar kekurangan kami masing-masing yang dulu semasa
kami belum menjalin hubungan spesial tak kami ketahui.
bersambung...
By: Heri
Harto Sembodo
0 komentar:
Posting Komentar