The Next Generation Traffic Network

Selasa, 07 Mei 2013

Sejauh Langkah Teripang


Sejauh Langkah Teripang

Ini adalah hari pertama aku melewati hari pertama dikota solo,kota panas,gersang,jg tak ada yang ku kenal.
Mungkin itu hanya sebuah awal yang akan berpenghujung,dan hanya kesan pertamaku saja.
Masih ada hari esok atau lusa untukku merasa lebih baik dari ini.
kenapa aku masih merasa kesepian?padahal setiap hari,kapenpun,dimanapun,aku juga merasakan hal ini.
Tapi,biarlah.masih banyak hal yang lebih penting dan bermakna dari ini.
Tentang masa depanku juga tentang langkahku kedepan mau bagaimana.
Sebenarnya ini hanya masalah adaptasi.Tentang bagaimana caraku tuk bertahan hidup.Bertahan dari kerasnya kehidupan.
Memilukan memang,kalau aku harus merasakannya lebih dalam.
Karena detik saat aku membuat tulisan ini tak ada satupun kawan disampingku.
Tak ada yang bisa kuajak berbagi,tuk saling mencurahkan problema yang menggempur jiwa.
Ini bukan penderitaan ataupun siksaan yang kejam,dimana aku menjadi pihak yang paling dirugikan.
Aku akan berjuang untuk diriku dan masa depanku,serta untuk keluargaku yang selalu memberi dorongan mental,material jg spiritual.
Aku tak mampu melakukan banyak hal kali ini,hanya sedikit pemahaman yang kudapat.
Kelak akan kuingat hari-hari pertama yang kulewati dengan susah payah dan  melelahkan ini.
Hari kedua juga membuatku bosan,begitu juga dengan hari-hari berikutnya.masih juga membosankan.
Terlebih bila aku sedang duduk termangu sendirian,hati dan pikiran juga tak bisa berfikir jernih.Karena ini hari dimana aku harus belajar mandiri apapun yang aku lewati merupakan tolak ukur kedepan.
Mungkin ini tema yang takkan pernah terdeteksi oleh suatu apapun.Memang benar dimanapun aku menjejakkan kaki,semua trasa sama entah keadaan atau apapun.
Tapi aku hanya manusia biasa yang masih bisa merasakan jenuh,bosan,dan benci dengan suasana yang selalu sama.
Dengan sedikit mental saja untuk membuatku lebih tegar.Jangan takut pada apapun yang ada didepan kita,karena itu hanya sedikit dari bagian kehidupan yang sering kita dengar dengan istilah “cobaan”.
Hingga pada saatnya tiba,aku akan berjuang tanpa gentar.Langkahku kini semakin tegar,tanpa gentar,walaupun banyak halilintar yang menyambar-nyambar.
“Karena apa?”
Karena kakiku telah mengeras.Mengeras akibat berpacu dengan waktu,melangkah dengan jejak yang tertinggal diatas aspal yang membara.
Mungkin siapa yang tau?,bahkan siapa yang mau tau?
Itu sedikit tanya yang hanya akan terjawab pada masanya yang akan tiba.Aku bersumpah demi namamu Ibu.........
Hari ini ddan selama aku bernafas aku takkan mudah tuk tertunduk pada rintangan.
Tuhanpun maha tau,jalanku akan terasa lebih mulus dan longgar dengan sedikit hambatan.
Memori kelam dimasa lampau adalah kebaikan didepan sana.
Rasa malu hannya akan mengantarkan kita pada keterpurukan.Jadi,aku akan menjauhinya dengan kemampuan terbaik yang Tuhan berikan.
Meski sedikit aku tentu mempunyai rasa malu.Karena pada hakekatnya,hanya orang gilalah yang tidak mempunyai rasa itu.
Aku memang berbeda,kata orang aku aneh.Tapi kataku mereka hanya belum mengerti apa sebenarnya yang disebut ‘unik’.
Aku tak menghiraukan apa yang orang katakan.Aku hanya peduli tentang bagaimana caraku melangkah tanpa ragu,melangkah tanpa bayang-bayang hitam yang pernah membuntutiku.
Aku geram saat aku sendiri tak mengetahui siapa aku?.Mencari jati diri yang masih terpendam huru hara.
Jauh didalam edukasi yamg sedang kupelajari,aku tau betul siapa diriku,tentamg bagaimana aku terlahir kedunia.Semua terlampau gamblang untukku telusuri.
Akupun tau pada masaku baru bisa terbujur tak berdaya dan hanya tertopang tulang rawan.
Kisah itu takkan pernah kulupakan agar aku semakin kuat ddan tau seberapa rentan bila aku harus berbangga.
Sebenarnya aku ingin mati sebagai ‘parasit’ dan hidup kembali dengan pundi-pundi ‘mutualisme’.Pasti akan lebih menyenangkan daripada dorprize-dorprize yang ditawarkan dilayar kaca.
Kembali pada puncak kebosananku..Aku ingin mengatakan ini pada ayah.Bahwa “anakmu banyak berubah tergerus masa”.
“Sebenarnya aku malas untuk terus mengerutkan dahiku,karena harus terus-terusan berjibaku dengan argumen kita masing-masing”.
Kelak,jika aku pulang.Berilah sedikit kesempatan agar kita bisa menuangkan kehangatan sebagai hubungan yang harmonis.Ayah......kumohon lupakan segala kesalahanku.Agar langkahku tak tertatih seperti langkah teripang.
Walau berat akan kujalani dengan tegar,apabila kau meridhoi jalanku.ini aku benar-benar menguras segala sesuatu yang aku miliki,walau keluh kesah kadang terdengar.
Begini.......
Ku awali dari tempat tinggalku sekarang.Welah dalah......sungguh menambah rasa bosanku.
Bagaimana tidak,penghuninya saja seperti patung.Hanya terdiam sepertinya acuh tak begitu peduli padaku dan teman sekamarku.Aku tak begitu mengerti dengan semua ini.Mungkin karena kami berbeda,mungkin juga karena ada pembatas diantara kami.Aku sadar benar siapa diriku dan apa posisiku.Hingga kini sepertinya tak mau berbaur dengan kami.
Sudahlah,aku takkan terus berlarut-larut dalam kegundahan ini.Biarlah mereka seperti apa,yang penting kami sudah berusaha bersikap baik.Karena hanya itu yang bisa kami lakukan untuk sekarang ini.Sebenarnya aku hanya iugin hidup berdamping dengan mereka dengan damai seperti keluarga sendiri.Aku menginginkan hal itu karena disini tak ada siapapun keluargaku yang tinggal dalam satu atap.
Hanya ada satu anggota keluargaku disini,dialah adik perempuanku.Dia adalah anak perempuan dari pamanku,atau bisa dibilang juga,sepupuku.
Mungkin semua orang yang ada di kota ini mempunyuai berjuta karakter yang saling bertolak belakang.Tapi,kumohon.Buanglah rasa sombong dari hati mereka ya ALLOH,agar mereka bisa menjadi teman sekaligus keluarga yang baik selama aku disini,atau mungkin selama hidupku.
Kian lama waktu  yang terlewati,ahirnya aku tahu bahwa ini hanyalah semacam ospek bagi kami,anggota kost baru.
Hal itu membuat tawa dan kejenakaan yang semakin mencuat.Ternyata anggapanku selama ini keliru.Memang benar,berjuta manusia,berjuta pula karakter.Namun tak semua karakter tak sejalan dengan angan kita.Meskipun usai sudah kegundahan akan perasaan sendiri,masih ada banyak problema yang aku rasakan,dan terus akan menjadi huru-hara.
Tak terasa nafas ini mulai berkurang ketajamannya,mulai merasa terkekang dalam kebebasannya.Dan semakin lama membangunkanku dari hibernasi yang terlalu nikmat dirasakan.Separuh nafasku hilang dalam hela.semakin menyempit dan seperti mencekik rongga paru-paruku.Faktaya memang begitu,karena teman yang datang terus silih berganti tak ada hentinya.Apa masih bisakah disebut teman?.
Disaat aku terpuruk dan membutuhkan tempat berbagi,seakan mereka hilang tertelan roda sang waktu yang garang.Benar atau salah,itu hal yang terjadi tanpa ada kebohongan sedikitpun didalamnya.Setiap kejadian apapun semakin membuatku yakin akan perubahan yang akan terus abadi seperti Penciptanya sendiri.Langkah demi langkah telah terlewati hingga ahirnya aku menyadari ada seseorang yang spesial yang datang tiba-tiba tanpa rencana,tanpa sedikitpun aku menerka begini jadinya.
Dialah Safa Hervana,seorang gadis manis cantik jelita dengan berbagai kelebihannya.Memang pertama jumpa,entah aku atau siapapun pasti akan tertuju pada parasnya dahulu kemudian akan mampu mengenalnya lebih dalam.
Safa memang gadis yang mendekati kesempurnaan.Selain parasnya yang menawan dan kalem (dalam bahasa jawa sering disebut begitu).Nilai tambah yang lain masih banyak tersisa bila kita keluar dari skrip tentang fisiknya.Dialah orang hebat dengan IP tertinggi difakultas kami.Hampir sempurna IP yang dia peroleh.
Itu yang membuatku semakin terispirasi pada seorang Safa Hervana,seorang gadis yang nyaris sempurna bagiku itu.
Kenapa begitu?
Jawabnya terlampau mudah,karena Safa sangat baik padaku.Mungkin bisa dikatakan kami muda-mudi yang mulai ‘dekat’ karena sering kami nikmati waktu berdua.Safa Hervana juga sering memotivasiku lebih dari temanku yang lain,bahkan teman-teman laki-lakiku.Semua perhatian yang aku tidak dapatkan dari orang lain,pernah Safa berikan.
Satu hal yang membuatku salut dengannya,selain fisik yang anggun dan sederhana,Safa juga gadis yang tidak sombong dan tak mengenal gengsi tapi, penuh prestasi.Setiap pulang kerumahnya yang ada di Yogjakarta dia selalu naik bus,dan dari tempat kostnya dia berjalan kaki.
Hal yang membuatku bingung,kenapa dengan fisiknya yang lelah setelah seharian berjibaku dengan harinya,dia selalu bangun malam untuk melaksanakan sholat tahajjud.Waktu belajarnyapun sama porsi dengan mahasiswa lain.Tapi kenapa dia menjadi yang terbaik?
ha...ha...ha...
Aku benar-benar tak habis pikir.Dialah satu-satunya wanita yang mau dekat dan bergaul denganku,alasannya cukup masuk akal.Aku memang pria yang sesuka hati dalam melakukan apapun,tanpa berpikir panjang terlebih dahulu,atau anak muda sekarang sering menyebutnya ‘semau gue’.
Bila dibandingkan antara aku dan Safa bagai ‘jenang dan ketan’,bak ‘malaikat dan setan’.Memang sedikit hiperbola,tapi nyaris menjadi fakta.Safa dengan berbagai kelebihannya,dan aku dengan berjuta kekuranganku.Sering teman akrabku di kampus seperti Tama dan Fauz mengejekku akan hal itu.
Setelah aku dan Safa semakin dekat harusnya aku katakan saja kalau aku menyukainya,agar Safa percaya kalau aku bukanlah orang yang hanya suka main-main.Tapi hingga sekarang aku tak pernah mengatakan hal itu padanya.Itu semua karena ada seseorang yang mendahuluiku mengatakan “aku cinta kamu” padanya.
Mungkin itu adalah yang terbaik daripada hubungan kami terus menggantung tanpa kepastian,karena 8 bulan sudah kami saling mendekat.
Awalnya aku curiga kenapa Safa menjadi berbeda.Caranya memperhatikan dan memperlakukanku semakin lama semakin memudar dan kini telah resmi hilang.Hal itu membuatku terjatuh dan semakin rapuh.Aku yang membuat lubang untuk diriku sendiri terjerembab kedalamnya.Dan kini saatnya aku katakan bahwa ini murni kesalahanku.
Lama setelah Safa pergi,aku semakin tak karuan seperti amnesia dengan tujuan utamaku.Tak ada lagi yang membangunkanku saat fajar mulai nampak,tiada lagi orang yang mengajariku tentang kesederhanaan dan cara menumbuhkan semangat.Telah sirna nasihat betapa pentingnya agama dalam hidup ini selain keluargaku sendiri.Hilang sudah semua motivasi dan inspirasi yang sebelumnya telah terlukis nyata dalam benak kecilku.Aku masih merasa tak terima dengan hal yang terjadi.Tapi itulah kenyataan,sering memilukan dibanding membuat kita riang.
Setelah beberapa lama aku merasa kehilangan semangat,ada satu teman kostku yang sering aku ajak berbagi dengan cara mengobrol.Hingga pada suatu ketika ada satu nomor handphone yang dia berikan padaku.Entah nomor Handphone siapa yang dia berikan,aku tak begitu tertarik dan malas untuk menanggapinya.Namun,ahirnya aku kirm saja pesan singkat kenomor Handphone tersebut.Awalnya memang aku sembrono dan seperti tak menganggap itu sebagai hal penting.
Pesan yang aku kirim kenomor HP tersebut berisi bahasa yang tidak karuan dan seringkali bagai omong kosong belaka.Hingga suatu ketika temanku Dadang (nama panggilannya) memposting didinding facebook temannya.Mau tidak mau,pasti dia tahu kalau memang akulah orangnya.Pria usil yang suka menggangu orang tanpa banyak berpikir panjang.Pikirku “si dia” akan membalas perlakuanku padanya.Tapi,itu hanya perasaanku saja yang seringkali negative thinking pada seseorang.
Singkat cerita.Aku mulai mengirimkan pesan singkat yang baik dan benar.Karena aku tahu dia bukanlah orang jahat.Tapi,cenderung kearah lugu dan polos.Hingga pada suatu malam yang sangat indah aku meneleponnya.
Sebut saja “Lala” itu nama panggilanku untuknya.Bukan tanpa alasan aku memanggilnya Lala,tapi ada beberapa penyebabnya.Lala merupakan tokoh dalam film anak-anak dengan mata yang besar dan kulit coklatnya, (sebenarnya kuning) persis dengan ciri-ciri fisiknya.Selain itu,cara tertawanya nyaris mirip dengan gelak tawa “Lala”.Itu sebabnya aku memanggil dia dengan sebutan “Lala”.Memang bukan nama tulennya,tapi hingga sekarang saat aku mengetik,masih sama.Tetap “Lala.”
Ha...ha...ha...
Memang sedikit jenaka,dan mungkin juga hal itu yang membuat aku tertarik.Ada apa dibalik semua ini.Mika Hana Efendi, nama yang akan kuingat dan pasti kuhargai selagi itu benar.Ya,nama itulah nama asli dari “Lala”.Kalau teman-temannya memanggil Lala dengan panggilan “Mika”, diambil dari nama depannya.Entah apa panggilannya, aku tetap mengenalnya sebagai “Lala” yang gelak tawanya jenaka dan sedikit menggelitik.
Baiklah....
Kembali kecerita sebelumnya.Malam itu aku putuskan untuk menelepon Lala.Sekitar pukul 19:20 aku mengangkat HPku dan meneleponnya dengan tujuan meminta maaf atas SMS yang sering aku kirim keponselnya.Setelah menunggu sejenak,ahirnya terhubung juga.
Bunyi “tut...tut...tut..” kian santer terdengar.Dan seketika berubah dengan bunyi “krusek” pertanda teleponku telah ditanggapi olehnya.
Aku berusaha membukanya dengan kata “halo”
Namun dia lebih cepat dariku, bahkan megeluarkan dua kata sekaligus “halo,assalamu’alaikum”.
Kemudin bertanya,”maaf ini siapa ya?”.Aku sedikit gugup untuk menjawabnya.
“Hmmmm...aku temennya Dadang”.
“Dadang siapa ya?”, dia kembali bertanya.
Langsung saja aku jawab,”Dadang Junaedi, temen kamu.
Dia menjwab dengan sedikit tertawa, “hehehe, oh ternyata kamu ya?”.
“Iya, ini aku.Cowok yang suka SMS nggak jelas sama kamu”, aku merasa lebih tenang dari sebelumnya.
Dia kembali tertawa dan sembari mengatakan, “ya nggak apa-apa kok,nyantai aja”.
Agar lebih jelasnya kurang lebih obrolan kami seperti dibawah ini.
Aku     :”tapi, aku kan nggak enak.Udah sering nggak sopan sama kamu”.
Lala    :”hahaha, makannya mas...jangan sembarangan kalau SMS.Jadi nggak enak sendiri kan?.
Aku     :”hehehe, y mba.Abis aku nggak tau ini siapa si...”
Lala   :”lho...lho...lho...udah nggak tau malah seenaknya sendiri.Pie to?”.(Logat jawanya  mulai    nampak).
Aku     :”makannya aku mau minta maaf mba...”
Lala   :”Ya udah nggak apa-apa kok”
Aku     :”Eh lupa, nama kamu siapa ya?.Udah ngobrol dari tadi kok belum saling kenal”.
Lala  :”difacebook kan udah ada namanya mas”.
Aku     :”ya si, tapi kan lebih afdol kalau nanya langsung sama orangnya”(sebenarnya aku memang sudah tau).
Lala   :”hehehe, aku Mika Hana Efendi, kamu siapa?”.
Aku     :”Liat aja difacebook,hehehe bercananda, aku Rudy Bono Sembodo.Terserah mau panggil apa yang penting jangan panggil belakangnya doang ya, kedengerannya nggak enak”.
Lala   :”hahaha, emang kenapa?, aku panggil “Bodo” aja ya mas?”
Aku     :”hust.Nggak dipanggil beg* sekalian?”
Lala   :”hehe, becanda lho,jangan dimasukin hati.Terus aku panggilnya apa dong?”.
Aku     :”kalau temen-temen kebanyakan  panggil aku “Aput”.
Lala   :”lho kok bisa gitu mas?”.
Aku     :”ada alasan tersendiri, tapi aku nggak bisa cerita sama kamu.Eh, dari tadi kok panggil aku mas terus si?, jadi ngerasa tua”.
Lala   :”hmmmmm...ya nggak apa-apa kalau nggak bisa cerita, aku kan Cuma nanya.Kan emang udah  tua mas”.
Aku     :"hehe iya juga sih".
Obrolan terus berlanjut hingga sekitar pukul 22:35.
Ahirnya kami saling mengenal satu sama lain, walaupun Cuma lewat ponsel.
Hampir setiap hari kami SMSan (dalam bahasa anak muda).
Hingga suatu ketika aku tahu kalau Lala ternyata setiap harinya naik bus dari rumah dan berjalan kaki kekampus.Aku ingin sekali mengantarnya pulang, sekalian bertatap muka dengannya, karena dari pertama aku berhubungan lewat ponsel belum sesekalapun aku bertemu dengannya.Dihari berikutnya 
Lala yang sedang menunggu bus di Halte dekat kampus langsung saja kutawarkan niatku itu.Ternyata Lala mau aku mengantarnya pulang.Akupun langsung tancap gas menuju arah halte yang kira-kira hanya berjarak 500 M dari tempat kostku.Sebenarnya aku agak was-was bertemu dengannya.Tapi,aku tetap menuju halte.Karena itulah aku terlahir kedunia sebagai seorang pria !
hehehe...
Sesampainya di Bangjo (rambu lalu lintas) aku bingung Lala itu yang mana, karena banyak gadis-gadis yang berkerumun di Bangjo.Aku tunggu saja dia di Halte bus.Tapi, tiba-tiba ada SMS masuk,ternyata dari Lala.
“Bingung ya nyari aku?”.Kurang lebih seperti itu SMSnya.Langsung saja aku balas pesan singkatnya itu, kalau aku bingung yang mana si Lala.
Tak lama kemudian ada sekumpulan gadis yang masuk ke Halte.Tapi,tak ada yang menunjukkan lagak bahwa dia si Lala.
Tiba-tiba muncul dari belakang gadis berbaju abu-abu kelabu, dan berjilbab dengan warna yang sama.Dugaanku dialah si Lala.
“Bingung ya nyarinya?” tiba-tiba gadis itu bertanya.
“Kamu Mika ya?”(aku tau dari FBnya), akupun bertanya untuk meyakinkan kalau dialah Mika yang kucari.
Dan diapun menjawab, “ya, aku Mika, kenapa tadi kok nggak berhenti?”.
“Mana aku tau kalo kamu Mikaa?!” aku menyampaikan aspirasiku.
“Hehehe, tapi sekarang udah tau kan?”.
“Ya udah lah...Ayo?!”, aku mengajaknya  pulang sambil mengulurkan helm ditangan.
“Ayo”,Lalapun lekas memakai helmnya.
“Tadi lama ya nungguinnya?”, aku mencoba mengajaknya bercanda.
“Hehe, enggak! Cuma setengah jam”, mungkin Lala agak kesal.
“hmmm maaf  ya, kan harus nyari dulu”.
Kemudian obrolan berlanjut diatas motorku yang sudah paruh baya.
Aku meminta Lala sebagai penunjuk jalan,atau bahasa kerennya  Guide diperjalanan kami kerumahnya.Aku memang orang yang terkenal pelupa.Entah kenapa seperti itu, padahal usiaku masih terlalu muda untuk menyandang predikat pikun.Perjalanan dari kampus kerumah Lala sekitar 1 jam bahkan lebih, jika menaiki bus.Tapi, aku mengebut untuk mempersingkat waktu.Sebenarnya aku masih dalam kecepatan sedang, tapi beda kalau menurut cewek.Sempat ditengah perjalanan ada dua muda-mudi yang berboncengan dan melihat kearah kami sambil tersenyum.Dugaanku mereka adalah teman Lala, yang mengira kami berpacaran.Haaaah sudahlah, birkan mereka tertawa tapi, memang itu yang kuharapkan.
Satu jampun terlewati dengan cepat, hingga ahirnya sampailah kita dirumah Lala.Kembali rasa was-was menghantuiku.Tapi, kenapa aku harus takut?.Aku seorang pria, apapun yang terjadi haruslah kuhadapi.Memang sedikit lelah setelah perjalanan satu jam yang gersang tanpa ampun.Namun, bila melihat senyum dan cara “imut” panggilanku untuk Lala dengan sedikit mengejek kepanjangan dari (item mutlak) berbicara, hilang sudah rasanya lelah itu.Apalagi adik Lala yang hanya terpaut satu tahun dengan kakaknya itu membawakan aku segelas teh yang menyegarkan.Semakin betah dibuatnya.Menit demi menit terlewati, bahkan jam demi jam terlampaui di Rumah damai milik keluarga Lala.Tapi disela-sela obrolan kami, datang teman Lala yang ingin mengajaknya keluar mencari buah segar.Aku memang tidak suka saat damai seperti sekarang ini ada seseorang yang mengganggu.Itu memang kepribadian jelekku.Tapi, itulah aku, tidak suka terlalu akrab dengan wanita selain yang kuberi rasa lebih.Agaknya terdengar konyol.Namun, mau bagaimana lagi begini adanya.Akupun merasa tadak betah terus berada di situ karena kedatangan teman Lala.Mungkin lebih tepatnya aku merasa tidak enak dengan Lala dan temannya.Sebenarnya aku memutuskan pulang kekost.Tapi, nyaliku menciut saat berada di depan gadis-gadis.
Hahahaha...aku tertawa bila teringat akan hal konyol tersebut.Tapi, aku tetap tidak setuju kalau aku disebut sebagai orang yang aneh.Aku tetap pada pendirianku, kalau aku lebih suka disebut unik dibanding aneh.Aku tak mau ada kebohongan diawal perjumpaan ini.Langsung saja aku katakan pada Lala kalau aku malu kalau ada teman-temannya itu.Kemudian aku menyuruh Lala untuk mrminta temen-temannya untuk menyingkir sejenak karena aku mau pulang.
"Hahahaha..dasar pria konyol yang nggak punya nyali !" gerutuku dalam hati.
Aku seperti tak terima pada diriku sendiri.Biarlah semua berjalan seperti seharusnya tanpa ada kebohongan didalamnya.Memang Lala mau menemaniku keluar rumah.Mungkin agar nyaliku yang menciut kembali tumbuh dan berkembang bagai kehidupan.Itupun masih tetap membuatku tersipu malu bagai gadis kecil yang lugu.Hingga ahirnya dua temannya itu pergi, mungkin Lala yang menyuruhnya secara diam-diam melalui ponsel.
Akupun bangun dari tempat dudukku sembari meminta Lala memanggil ibunya untukku berpamitan.Tetapi, beliau sedang tak enak badan dan tak bisa keluar menemuiku.Sebenarnya perasaanku agak sedikit tak enak, hingga menimbulkan berbagai tanya didalam kalbu.Sudahlah, untuk kali ini aku mencoba untuk berpikir positif.
Akupun bergegas keluar dari rumah Lala yang unik dan nyaman itu.Uluran tanganku Lala sambut dengan senyum,begitu juga adiknya.Hal itu membuatku riang seakan melayang.Apakah ini yang disebut “cinta pada pandangan pertama?”.Entahlah...yang jelas aku merasa senang hari ini.Setelah aku menyalakan mesin motorku dan kemudian aku keluar gang, ternyata kedua temannya berada di ujung gang.
Dasar Lala.Aku merasa tak enak dengan mereka berdua.Karena itu, langsung saja aku tancap gas sekencang-kencangnya.Dan akupun pulang ditemani senja dengan warna jingga diufuk barat dan panorama asri Yogyakarta.
Semilir angin serasa bernyanyi menyambutku pulang.Semua bagai berwarna dan berirama mengiringi putar roda.Bagai langit senja ditutupi surga hingga membuatku terlena dan terlupa kalau aku lupa arah jalan pulang.
Memang ini hariku.Aku terus saja berjalan tanpa henti dan ternyata tak ada satu jam kemudian aku sampai di depan gerbang kost Fajar.Semua terasa begitu indah dan tanpa cela.Membuatku tuli akan suara yang membuatku gundah.Apapun itu, yang jelas aku bahagia hari ini.Dan terus berlanjut saat aku mengahiri masaku terjaga.Hari demi hari kulewati dengan begitu cepat,hingga pada saatnya aku mengajak Lala keluar,atau anak-anak muda jaman sekarang sering menyebutnya dengan ‘ngedate’ atau jalan berdua.Lala memang mau aku ajak jalan.Tapi, dia malah mengajak dua temannya, Tata dan Putri,begitu nama panggilan mereka.
Singkat cerita kamipun pergi kesebuah curug (air terjun).Haripun berlalu dengan begitu cepatnya,seperti tak mau menghitung lama,detik demi detik,menit demi menit, dan jam demi jam.Kami cukup menikmati suasana di sana.Dengan segala pernak-pernik dan asesoris curug.Itu membuat aku dan Lala semakin dekat seperti telah saling kenal sejak lama.
Hari demi hari yang aku lewati begitu cepat dan tak terlalu terasa.Suatu hari aku memutuskan mengajak Lala pergi kesebuah taman, dan ahirnya kata-kata itupun keluar dari mulutku.Walau terasa canggung.Dan aku memberanikan diri agar aku bisa mengatakannya.Entah apapun yang akan aku tuai, aku siap.Ternyata Lala juga menyambut bait-bait sulitku dengan tidak mengecewakan, dan.....jadilah kami dalam satu keadaan yang nyaman.
Sekarang Lala telah mempunyai hubungan spesial denganku.Dia harus tau konsekuensinya berhubungan denganku yang notabennya adalah pacarnya.Banyak hal-hal baru yang kulalui bersamanya, dan itu membuatku bagaikan tanpa jarak dengannya.
Lambat laun kami mulai mengetahui benar kekurangan kami masing-masing yang dulu semasa kami belum menjalin hubungan spesial tak kami ketahui.

bersambung...


By: Heri Harto Sembodo

0 komentar:

Posting Komentar