The Next Generation Traffic Network

Selasa, 24 Desember 2013

Semeru dibulan Desember



Salam rimba, para pecinta kaldera...!!!
Lama sudah Pecinta Kaldera tidak melakukan posting. Itu karena saya berhenti melakukan blogging dengan berbagai alasan. Diantaranya, akibat hilangnya sarana untuk melakukan blogging itu sendiri.

Untuk posting kali ini Pecinta Kaldera akan memberikan sedikit gambaran untuk kawan-kawan Pecinta Kaldera yang mungkin membutuhkan informasi tentang pendakian G. Semeru pada bulan desember.
Sedikit tutorial yang akan saya bagikan untuk kawan semua adalah tutorial tentang " Semeru dibulan Desember".
Langsung saja kawan, kita simak artikel dibawah ini.

Perkuliahan semakin padat merayap bagai padatnya macet didalam kota. Namun, saya sudah merencanakan pendakian kegunung Semeru jauh-jauh hari sebelum ini. Semenjak aku duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), aku sudah memimpikan untuk bisa menapakkan kaki dititik tertinggi di tanah Jawa itu. Gunung yang memiliki letak geografis antara  8°06' LS dan 120°55' BT. itu memiliki ketinggian 3676 MDPL. Ahirnya pada bulan agustus aku bisa mewujudkan mimpi itu. Meski dengan perjuangan yang benar-benar menguras tenaga. Tapi, bukan itu yang akan saya bagikan kepada kawan semua. Melainkan pendakian G. Semeru dibulan Desember.

Pendakian G. Semeru kali ini kami lakukan melalui kota Solo. Kami berdua, @Gunawan memulai start dari stasiun Balapan pada hari jum'at tanggal 20 Desember 2013, sekitar pukul 00:30 WIB. Entah kereta apa yang kami gunakan. Yang jelas kami berangkat pada hari dan tanggal itu. Hanya saja aku tau beberapa harga tiket kereta api menuju kota Malang, Jawa Timur. Harga tiket termurah sebesar Rp. 65.000-diatas Rp. 200.000an untuk kelas bisnis. Kami menaiki kereta dengan harga tiket seharga Rp. 120.000 dengan tujuan statasiun Kotabaru, Malang.

Gambar : Narsis diantara gerbong kereta

Disela-sela perjalanan Solo-Malang, kami sisipi canda tawa atau sekedar berfoto saja. Itu karena suasana didalam kereta yang sangat membosankan. Hampir semua orang yang ada didalam gerbong yang kami naiki tertidur. Kadang kaki mereka dijulurkan kedepan sehingga memenuhi tempat duduk penumpang lain. Hingga ahirnya aku dan Gunawan memutuskan untuk duduk diantara gerbong saja.

Delapan jam sudah kami lalui di atas kereta. Sekarang sampailah kita di stasiun Kotabaru, Malang. Udara segar menyambut selepas kita turun dari atas kereta. Bersamaan dengan berhamburnya penumpang lain menuju pintu keluar stasiun, kami sempat bercanda gurau sambil berjalan. Setelah kami keluar dari stasiun, banyak angkutan umum yang menawarkan jasa mereka mengantarkan penumpang. Diseberang jalan nampak sudah bergerombol para pendaki yang siap menuju Tumpang. Kami langsung bergabung dengan mereka dan siap menaiki angkot berwarna biru muda dengan tujuan Tumpang. Setelah semua siap kami berangkat bersama rombongan Tangerang dan Jakarta.

Perjalanan dari Stasiun Kotabaru menuju Tumpang memakan waktu sekitar 2 jam. Ditengah perjalanan mataku terasa berat untuk terus terjaga. Dengan sedikit ngantuk, aku menikmati perjalanan menuju Tumpang. Sesampainya di Tumpang, kami langsung bergegas menuju mini market yang ada didaerah Tumpang untuk berbelanja kekurangan logistik. Setelah semua terasa cukup kami packing kembali barang bawaan kami sambil menunggu teman-teman yang lain. Setelah semua siap kami berdua berangkat dengan rombongan dari Tangerang dan Jakarta menggunakan jeep terbuka dengan jumlah keseluruhan 15 orang belum termasuk sopir. Ditengah perjalanan kami tidak begitu menikmati panorama yang ada karena terhalang kabut yang ada disepanjang jalan. Hanya sesekali saja kami dapati tebing-tebing curam khas dengan hutan heterogennya. Hampir disepanjang jalan kami mendapati pemandangan yang sama.

Kami sampai di Ranu Pane desa terahir yang paling dekat dengan G. Semeru sekaligus tempat beradanya basecame pendakian G. Semeru. Disana sudah banyak teman-teman dari berbagai penjuru yang sudah sampi terlebih dahulu. Ada yang sedang sibuk packing barang bawaan, beristirahat, atau hanya sekedar makan dan minum diwarung makan yang ada didepan basecame. Selanjutnya kami membayar jeep yang kami sewa seharga Rp. 35.000 per orang.

Gambar : Basecame G. Semeru

Kami berdua sempat mampir terlebih dahulu diwarung makan yang ada didepan basecame. Aku memesan nasi pecel dan segelas kopi hitam kesukaan. Makanan yang tersedia disini lumayan mahal harganya. Tapi, kami maklumi karena letaknya yang jauh dari pusat kota dan akses yang lumayan sulit. Apalagi Ranu Pane merupakan basecame G. Semeru, pastilah kalau harganya lebih mahal jika dibandingkan dengan daerah yang dekat dengan perkotaan.

Diluar hujan masih mengguyur lumayan deras dan membuat kami betah berada didalam warung makan tersebut. Tapi, kami harus lekas naik agar tidak kemalaman dijalan. Kami melapor terlebih dahulu diloket yang ada. Semua persyaratan telah kami sediakan. Seperti : Surat keterangan sehat dari dokter, materai, Fotokopi identitas beserta aslinya. Setelah persyaratan terkumpul, kami disuruh untuk mengisi angket yang berisi tentang banyaknya anggota, nama anggota, barang bawaan, dll. Kami dikenakan biaya sebesar Rp. 20.000 per-orang. Biaya bisa berbeda setiap orang, tergantung barang bawaan.  Memang semenjak film 5 cm beredar persyaratan untuk mendaki G.Semeru lebih diperketat. Disana juga banyak terdapat porter yang siap membantu pendaki untuk membawa barang bawaan. Dengan biaya sekitar Rp. 100.000an kita bisa menyewa jasa mereka.

Semua sudah dipacking dengan baik, melapor dibasecame sudah, perutpun sudah terisi. Sekarang saatnya kami mulai melangkahkan kaki menuju puncak. Dengan berteman hujan kami gunakan ponco yang ada agar terlindung dari hujan. Medan awal yang kami lalui berupa jalan aspal kira-kira selebar 2,5 M. Setelah kami berjalan kira-kira 5 menit kami menemukan gapura yang bertuliskan kata sambutan untuk para pendaki G. Semeru. Kami sempat berhenti sejenak dan memandangi tulisan yang ada digapura tersebut. Selanjutnya kami memasuki jalanan menuju perkebunan warga yang berupa tanah. Dipinggir perkebunan, kami dapati seorang warga yang sedang berteduh dibawah gubuk. Kami sempat menanyakan kepada warga tersebut arah jalur pendakian. Sekitar 50 M dari gubuk terdapat jalan bercabang. Apabila kita mengambil cabang sebelah kanan kita akan masuk keperkebunan warga. Sedangkan cabang sebelah kiri adalah jalur pendakian menuju puncak Mahameru.

Hujan masih saja mengguyur perjalanan kami. Rasa dingin yang ada membuat tubuh kami menggigil dengan nafas yang terengah-engah. Kali ini rute yang kami lalui terbuat dari beton yang tertata rapi dan permanen. Mirip dengan trotoar yang ada dipinggiran jalan. Kami terus melangkah menuju Pos 1 G. Semeru dan masih juga terguyur hujan. Sesekali kami dapati pendaki lain yang sudah terlebih dahulu start didepan kami. Di rutr pendakian menuju Pos 1, terdapat banyak pohon yang tumbang menutupi jalan. Sehingga pendaki diharapkan untuk berhati-hati.

Kami terus berjalan, hingga ahirnya kami temui Pos 1. Disana kami temui banyak pendaki lain yang sedang beristirahat juga. Nafas kami terasa berat karena perjalanan menuju Pos 1. Setelah beberapa saat kami beristirahat, kami putuskan untuk kembali berjalan menuju Pos 2. Dengan langkah yang semakin berat kami terus menapaki jalan setapak yang licin dan berlumpur. Didepan terlihat Pos 2 menanti dan memberikan sambutan. Sepertinya meminta kami untuk beristirahat dan meletakkan carrier kami disana. Kendati badan mulai terasa lelah kami terus melangkah dan enggan untuk singgah di Pos 2. Kami terus berjalan hingga ahirnya kami menemukan jembatan kecil berwarna kuning sebagai penghubung jurang yang tak begitu dalam. Kami sempat beristirahat sejenak di jembatan tersebut. Disela-sela obrolan kami berdua, ada rombongan lain yang datang dari arah bawah. Mereka juga beristirahat dan sempat mengobrol dengan kami. Ternyata mereka adalah rombongan dari Yogyakarta. Ditengah obrolan kami yang semakin hangat, dari arah belakang terdengar seseorang yang sedang bernyanyi tak jelas menyanyikan lagu apa. Kami hanya tertawa mendengarnya. Ternyata dia adalah salah seorang rombongan dari Yogyakarta yang tertinggal dari kawanan.

Satu batang rokok kami habiskan di jembatan tersebut. Dahaga yang menerpa juga sudah terobati dengan seteguk air mineral yang kami bawa. Sah hukumnya untuk kembali berjalan. Langkah yang ada semakin berat karena rite semakin menanjak menuju Watu Rejeng. Watu rejeng adalah tebing batu yang tinggi menjulang dengan bebatuan yang indah. Di Watu Rejeng kami menemui pendaki yang sedang beristirahat dan sepertinya sudah sangat kelelahan. Kami tetap berjalan menembus deras hujan dan menapaki jalanan berlumpur. Sesekali kami beristirahat menikmati panorama yang ada sekaligus mengumpulkan stamina untuk kembali melangkah. Ahirnya kami sampai di Pos 3. Tapi, kami terus berjalan melewati tanjakan yang lumayan curam dengan kemiringan sekitar 45°. Tenaga yang semakin terkuras semakin menambah berat langkah kami. Memacu semaksimal mungkin langkah kaki agar tetap bertahan hingga Ranu Kumbolo. 

Lama sudah kami berjalan. Hampir sekitar 3,5 jam kami berjalan. Tetapi Ranu Kumbolo tak kunjung menampakkan keindahan dirinya. Gunawan sempat kelelahan dan beberapa kali berhenti. Kami sudah menaruh asa begitu besarnya untuk dapat melihat danau eksotis tersebut. Trek yang kami lalui kembali mendatar. Itu pertanda Ranu Kumbolo sudah dekat. Setelah nampak Ranu kumbolo nampak didepan mata terhampar luas dengan gagahnya, Gunawan mulai mempercepat langkah agar secepatnya dapat menikmatinya lebih dekat dan mengambil gambarnya.

Gambar : Gunawan dengan background Ranu Kumbolo

Selepas mengambil gambar kami berdua melanjutkan perjalanan menuju sisi sebelah barat Ranu Kumbolo untuk mendirikan tenda disana. Aku berjalan lebih dahulu didepan Gunawan karena sudah tak sabar beristirahat. Dari kejauhan nampak banyak dome sudah terpancang disekitar selter sisi sebelah barat Ranu Kumbolo. Setelah menunggu beberapa saat sampailah aku disana. Selang beberapa saat Gunawan menyusul dibelakang. Singkat cerita kami mendirikan dome sekitar pukul 18:00 WIB. Hujan turun tanpa henti hingga menembus dome. Walaupun sebelumnya sudah kami cover dengan ponco kami berdua. Didalam tenda terasa lebih hangat dibanding berada diluar. Hal itu membuat Gunawan tertidur sejenak. Sementara itu aku yang mulai didera rasa lapar membuat api menggunakan spiritus secara manual. Kami lupa membeli bahan bakar untuk kompor yang kami bawa, sehingga kupilih alternatif lain untuk memasak.

Cukup lama aku menunggu air mendidih, karena memang sangatlah sulit mendapatkan air mendidih secara sempurna diatas gunung. Hingga Gunawan terbangun air tak kunjung mendidih. Tapi beberapa saat kemudian air mulai mendidih dan siap digunakan untuk memasak mie rebus dan membuat kopi. Setelah semua siap saji, kamipun menyantap dengan lahap mie rebus yang ada didepan mata. Sehabis makan kami menikmati dinginnya malam dengan segelas kopi dan sebatang rokok. Sambil menghadap kearah danau, kami bercanda gurau dengan tawa yang renyah. Tak terasa hari semakin larut dan hawa dingin semakin terasa menusuk. Memaksa kami untuk menutup rapat-rapat tenda dan masuk kedalam sleeping bag agar mata mudah terpejam.

Pukul 05:00 aku terbangun karena suara pendaki lain yang mulai bersahut-sahutan satu sama lain. Ada pula yang berteriak-teriak. Maklumlah...sepertinya mereka adalah "orang baru". Aku keluar dome untuk menikmati suasana pagi di Ranu Kumbolo. Hampir semua pendaki sibuk berfoto,mencuci nesting dan cooking set mereka, atau sekedar menggosok gigi ditepian danau. Mereka sudah seperti dirumah sendiri, dan itulah yang membuat Ranu Kumbolo tercemar akan sampah. Disana-sini banyak sampah berserakan. Apalagi didalam dan sekitar selter coretan tangan anak-anak alay menambah kotor saja. Sungguh memprihatinkan keadaannya.

Gambar : Ruangan salah satu selter di Ranu Kumbolo

Setelah puas berfoto dan menikmati kedamaian Ranu Kumbolo, kami putuskan untuk melanjutkan pendakian menuju Kali mati. Barang bawaan sudah kami packing secara rapi dan siap menapaki Tanjakan cinta.

Gambar : Tanjakan cinta

Kami berjalan dan tidak menghiraukan mitos yang ada. Bahwa dengan berjalan tanpa henti melewati tanjakan cinta tanpa berhenti dan memikirkan orang yang kita cinta. Maka cintanya akan abadi. Kami tetap beristirahat dan menengok kebelakang untuk memandangi cantiknya Ranu kumbolo dari Tanjakan cinta. Selepas Tanjakan cinta kita disambut oleh hamparan stepa atau padang rumput yang sangat luas. Sangat indah panorama hamparan rumput dipadang itu. Mungkin bisa dikatakan mirip dengan padang rumput yang ada di Kaldera Prau, Dieng. Disana kami bertemu dengan dua orang pendaki asal kota Malang dan sempat mendaki bersama menuju Kalimati.

Gambar : Papan keterangan jarak tempuh dan ketinggian

Gambar diatas menerangkan Ketinggian dan jarak tempuh masing-masing titik menuju Kalimati. Selain itu, suhu minimal juga dicantumkan dipapan yang berada di Cemoro Kandang tersebut. Kami mengobrol sana sini, sempat terpisah dan bersatu kembali setelah berada di Jambangan, hingga ahirnya tibalah kami disebuah padang rumput yang luas bernama Kali Mati. Kami mendirikan tenda berdampingan. Kegiatan yang kami lakukan tak jauh berbeda dari hari kemarin. Karena hujan masih saja turun mengguyur semua yang ada. Jadi, kami hanya bermalas-malasan didalam tenda. Kami sempat tertidur, kemudian terbangun karena kedinginan karena tenda kami kebanjiran tak kuat menahan gempuran air hujan. Kami berdua sibuk membersihkan air hujan dan memperbaiki cover yang kami buat dari ponco. Tapi, tetap. Setelah itu kami harus makan dan beristirahat untuk melanjutkan pendakian dini hari nanti.

Sekitar pukul 02:30 dinihari aku terbangun dan ingin bergegas keluar dome untuk melanjutkan pendakian menuju puncak. Tapi, tak ada satupun pendaki yang terlihat akan naik menuju puncak. Mungkin itu disebabkan karena larangan dari pihak basecame agar maksimal pendaki hanya sampai Kali Mati. Selain itu Gunawan masih tertidur pulas didalam dome. Sehingga aku putuskan untuk kembali tidur menunggu hari agak cerah. Tetapi, kami bangun kesiangan sekitar pukul 05:47 WIB. Aku mengajak Gunawan untuk melanjutkan pendakian menuju puncak. Tetapi, ada sedikit keraguan dihati Gunawan. Akibat larangan dari pihak Basecame. Aku tetap bertekad untuk melanjutkan pendakian menuju puncak. Itu membuat Gunawan tersuntik semangatnya untuk mengikutiku.

Kami berjalan menyusuri lebatnya hutan selepas Kali Mati.Semakin lebat dan tidak tergambar bahwa jalan yang kami lalui adalah jalur pendakian yang sudah ditentukan. Sebenarnya aku sudah sadar akan hal itu. Gunawan terlihat begitu kelelahan dan kembali setengah hati untuk meneruskan pendakian menuju puncak. Air minum yang kami bawa hanya cukup untuk satu orang saja. Bahkan kurang. Kesalahan terbesarku adalah tidak sarapan terlebih dahulu untuk mengisi stamina yang terus terkuras. Sepertinya kami berjalan dijalan air. Hingga ahirnya kami memotong jalur dan mencari sumber suara dari pendaki lain yang sudah mulai berangsur turun dari puncak. Tak begitu lama kamipun menemukan jalur pendakian yang sudah ditentukan. Tapi, air minum yang kami bawa sudah habis. Aku duduk diatas bibir tebing yang ada dijalur pendakian menunggu Gunawan sampai diatas.

Sesampainya Gunawan diatas langsung saja dia beristirahat dan merebahkan tubuhnya diatas pasir. Sebenarnya tinggal sedikit lagi kami bisa berdiri diatas titik tertinggi Pulau Jawa itu. Dipuncaknya para dewa, Mahameru. Aku tak mau mengambil resiko dengan memaksakan keinginan menuju puncak. Memang puncak adalah tujuan mendaki. Tapi puncak bukanlah segalanya. Aku berkata pada Gunawan "Ayo Gun, kita turun. Lain waktu kita masih bisa kesini". Sebenarnya aku kecewa. Karena tinggal sedikit lagi kami bisa sampai puncak. Meskipun aku sangat mencintai gunung, aku tidak akan hidup digunung untuk selamanya.

Aku berjalan tanpa berhenti sedikitpun menuju Kali Mati. Hanya saja sesekali kupanggil Gunawan untuk memastikan kalau dia baik-baik saja. Sesampainya di Kalimati aku duduk didalam tenda dan bersiap memasak bubur dengan sarden untuk sarapan. Lumayan lama aku menunggu Gunawan sampai dicamp. Ternyata cidera yang dia alami semakin parah. Kami beristirahat dan memasak bersama. Kami menikmati suasana KaliMati sampai pukul 12:00 WIB kami packing dan turun menuju Ranu Kumbolo. Kami sempatkan berfoto terlebih dahulu diKalimati.

Gambar : Melangkah meninggalkan Kali Mati

Aku turun tanpa henti menuju Ranu Kumbolo dan sempat mengambil gambar stepa yang sepertinya baru saja diterpa badai.

Gambar : Stepa pasca badai

Memang dibulan Desember-Januari G. Semeru rawan akan adanya badai. Hingga ahirnya sampailah aku diselter Ranu Kumbolo. Sambil meneguk kopi dan menghisap sebatang rokok aku memandangi sekeliling. dan ingin kuselipkan beberapa bait untuk menggambarkannya.

Tanahku yang dingin membeku
Hamparan stepa menunduk didera badai
Rumputnya layu mengalun lunglai
Sama bagai hamparan Kaldera Prau

Atau indahnya matahari terbit yang menguning dari atas bukit
Dan disana-sini lihatlah...

Lihatlah kawan...

Kita begitu kaya
Kita tak senista duafa dalam gerilya
Maka cintailah melalui tindakan
Jangan hanya duduk tertunduk menikmati keterpurukan

Cobalah pergi ke Segara anakan
Atau sekedar jalan-jalan di Pantai Klayar
Debur ombak, buh putih, dan desir pasir putih
Kau akan menyukainya
Sungguh...

Lihatlah kawan...
Saudara kita kelaparan diatas Surga dunia
Surga berjuluk Jamrud Khatulistiwa

Tapi kenapa?

Ayah tak lagi menggarap sawah
Ibu sulit menanak beras karena banjar terkuras
Mengeras tertindas mesin yang meluluh lantak

Hidup ini bukan sekedar slogan kawan
Tapi bertindaklah untuk kenyataan
Bukan kenyataan dalam hal formal yang penuh kebohongan
Melainkan hidup sebagai manusia sejati yang hakiki

Ditengah Renunganku Gunawan datang dengan berjalan sedikit terpincang. Cidera yang mendera semakin terasa. Ahirnya kami putuskan untuk langsung turun menuju basecame. Selain persediaan logistik yang menipis, juga penghangat sudah basah semua terkena air hujan. Kami bersusah payah menuruni jalur pendakian hingga malam tiba. Kami menyalakan headlamp dan senter untuk penerangan. Kali ini kita sama-sama berjalan tertatih karena cidera. Ditambah lagi jalur pendakian yang semakin becek dan berlumpur. Menambah berat langkah kami.

Sekitar pukul 20:30 kami sampai dibasecame dengan selamat dan hanya mengalami cidera ringan pada hari senin, 23 Desember 2013. Kami langsung membersihkan diri di toilet dan kembali mengisi perut diwarung makan didepan basecame bersama pendaki lain. Kami berunding dengan beberapa rombongan yang akan turun malam itu juga. Ternyata ada saatu rombongan dari Bandung yang mengajak kami untuk bergabung dengannya. Tapi, menunggu temannya sampai basecame. Dia cidera dan masih berada di Pos 2. Salah satu temannya sedang bergegas menjemputnya.

Karena kasihan aku dan Gunawan menawarkan kepada kawan kami dari Bandung tersebut agar menginap dulu di Ranu Pane. Keesokan harinya ada kejadian mendebarkan kembali. Ada salah satu pendaki wanita asal Tangerang yang pingsan akibat perut kosong dan hypothermia. Beruntung masih bisa tertolong.
Ahirnya kami turun menaiki jeep bersama 5 orang rombongan dari bandung menuju Tumpang dengan membayar Rp. 35.000 per-orang setelah melewati proses tawar-menawar. Dari Tumpang aku dan Gunawan menaiki angkot menuju terminal Arjosari dengan membayar Rp. 10.000 per-orang. Aku tak sadar kalau kami salah naik angkot. Kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju Stasiun Kota baru dengan membayar Rp. 7.000 untuk dua orang.

Kami sempat mandi di toilet yang ada di sekitar stasiun. Kemudian menanyakan harga tiket yang ada. Tetapi tiket yang tersedia untuk hari itu sudah habis terjual, dan hanya menyisakan tiket kelas eksekutif yang super mahal. Kami putuskan untuk kembali menuju Arjosari kembali. Sesampainya di Arjosari kami langsung membeli tiket bus eksekutif jurusan solo (Rosalia Indah). Kami membeli tiket seharga Rp.90.000 per-orang. Bus terlambat 1 jam dari jam dari jadwal pemberangkatan. Hingga ahirnya kami sampai dikota Solo kembali pada pukul 01:30 WIB pada hari selasa, 24 Desember 2013.

Demikian kawan sedikit catatan yang dapat Pecinta Kaldera bagikan. Semoga bermanfaat dan ahir kata.
Safe your earth...!_[] H2S []

Rabu, 18 Desember 2013

Cara Membuat Duplikasi STNK

Kali ini OWETBARA, akan berbagi tutorial tentang cara membuat STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan) atau bisa juga disebut STNKB (Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor).
Mungkin teman-teman ada yang sedang kehilangan STNK, dan kebingungan tentang cara membuatnya kembali. Nah, sekarang OWETBARA akan berbagi tentang tata cara pembuatannya.
Langsung saja kita simak pengalaman saya sewaktu membuat duplikasi STNK.
cekidot...

1. Mintalah surat kehilangan dari pihak Polsek setempat.

Biasanya prosesnya hanya memakan waktu 1 jam atau lebih, tergantung ramai tidaknya pelapor. Untuk proses ini kita tidak dikenakan baiaya. Tapi pada kenyataan dilapangan, petugas yang piket di Polsek biasanya meminta sejumlah uang untuk mengisi KAS.

2. Melakukan penggesekan no. rangka dan no. mesin di SAMSAT.

Melakukan penggesekan no. rangka dan no. mesin dapat dilakukan di Kabupaten masing-masing. Biasanya proses ini hanya memakan waktu kurang dari 1 jam. Namun sebelumnya teman-teman sertakan persyaratannya terlebih dahulu. Persyaratan yang harus dibawa seperti : BPKB asli beserta fotocopy, identitas diri berupa KTP beserta fotocopy. Sekarang teman-teman bisa mendaftar dan menunggu panggilan untuk mendapatkan surat tembusan dari bagian penggesekan no. rangka dan no. mesin. Kemudian teman-teman akan dikenakan biaya administrasi sebesar Rp. 50.000.

3. Meminta Surat Tembusan dari Polres setempat.

Setelah teman-teman mendapatkan surat dari bidang penggesekan no.rangka dan no. mesin, langsung saja menuju Polres untuk meminta surat tembusan dari pihak Polres. Sebelumnya siapkan persyaratannya sama seperti melakukan penggesekan no.rangka dan no. mesin. Hanya saja ditahap ini teman-teman memerlukan materai 3000 atau 6000. Setelah persyaratan tersebut tersedia, serahkan pada petugas yang ada. Selanjutnya teman-teman hanya butuh menunggu panggilan saja. Setelah ada panggilan, teman-teman langsung saja masuk ruang bagian tilang menilang, STNK, BPKB, dll. Teman-teman hanya diminta bertandatangan dan membayar biaya administrasi sebesar Rp. 50.000 saja.

4. Melakukan Pendaftaran Pembuatan STNK.

Setelah teman-teman selesai membuat surat tembusan dari pihak Polres, teman-teman harus kembali lagi menuju SAMSAT. Teman-teman mendaftar lagi diloket pendaftaran. Dibagian ini teman-teman dikenakan biaya sebesar Rp. 5.000.

5. Melakukan Pendaftaran Ulang.

Setelah teman-teman mendaftar dibagian pendaftaran yang pertama, teman-teman harus mendaftar lagi dibagian pendaftaran pembuatan STNK. Persyaratan yang digunakan masih sama seperti proses-proses sebelumnya. Hanya sajaada tambahan berbagai surat-surat yang telah dibuat.

6. Membayar Fiscal.

Setelah mendaftar kembali, teman-teman akan diminta untuk membayar fiscal dibagian pembayaran fiscal. Pembayaran fiscal dikenakan biaya sebesar Rp. 35.000.

7. Menyerahkan Persyaratan Kembali Kepada Pihak Pendaftaran.

Setelah membayar fiscal, teman-teman kembali lagi kebagian pendaftaran dan menyerahkan persyaratan yang ada.

8. Mengambil no. Antrian dan Menunggu Penyerahan STNK.

Selanjutnya teman-teman mengambil no. antrian dan dikenakan biaya Rp. 50.000. Setelah itu teman-teman tinggal menunggu penyerahan STNK jadi.

Shingga rincian biaya yang dikeluarkan, yaitu :

Membuat surat keterangan kehilangan                     : Rp. 10.000
Melakukan Penggesekan nosi dan no rangka           : Rp. 50.000
Meminta surat persetujuan dari Polres                     : Rp. 50.000
Melakukan Pendaftaran                                          : Rp.   5.000
Pembayaran fiscal                                                   : Rp. 35.000
Pembayaran Percetakan STNK                              : Rp. 50.000

Biaya total pembuatan                                             : Rp. 200.000

Keterangan : Biaya masing-masing distrik bisa berbeda. OWETBARA mengambil sampel dari Kabupaten Banjarnegara.

Sekian utorial yang bisa OWETBARA bagikan keteman-teman. Semoga bermanfaat dan dapat membantu teman-teman dari rasa kebingungan. Artikel yang OWETBARA berikan masih banyak kesalahan dan kekurangan, untuk itu kritik dan saran teman-teman sangat dibutuhkan. Terimakasih.

Senin, 02 Desember 2013

Menikmati eloknya "Golden Sunrise" di Kaldera yang Panjang Gunung Prau



Golden sunrise adalah sebutan matahari terbit disebuah gunung cantik bernama Prau. Entah dari mana asal mula nama Prau berasal namun gambaran akan keindahannya terlihat pada foto diatas.
Kalau menurut saya nama Prau itu berasal dari bentuk puncaknya yang memanjang dan berbeda dari gunung-gunung lain yang ada di Indonesia.
Untuk menikmati keindahannya lebih lanjut tentang indahnya alam G. Prau.
Hari itu tanggal 29 Novemberr pukul 16:00 WIB saya bergegas pulang ketanah kandung saya tepatnya dikabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Perjalanan saya dari Surakarta menuju Banjarnegara lumayan melelahkan karena saya dan teman saya mengendarai motor.
Kami terus melaju atau istilahnya gas pol tanpa henti menuju Banjarnegara.
Perjalanan pulang kali ini lumayan memakan banyak waktu, karena motor yang kami gunakan adalah motor matic.

Setelah jam menunjukkan pukul 21:00 WIB sampailah kami dirumah masing-masing.
Singkat cerita saya tidur pada pukul 00:31, agak meleset dari waktu yang sebenarnya.
Kemudian saya bangun agak kesiangan, mungkin karena kelelahan setelah menempuh perjalanan Solo-Banjarnegara.
Hari itu Sabtu 30 November 2013 saya beserta salah satu teman saya akan mencoba sensasi hiking keGunung Prau. Menurut tutorial yang saya baca diblog tetangga G. Prau terletak dikoordinat 7°11′13″LU 109°55′22″BT.
Lama saya menunggu teman saya datang dari Purwokerto. Katanya si teman saya itu masih ada jam kuliah. Jadi waktu start menuju G.Prau agak molor beberapa jam.

Sekitar pukul 14:00 WIB teman saya tiba dirumah saya. Semua perlengkapan sudah kami packing sebelumnya. Jadi kami langsung berangkat saja menuju basecame G.Prau. Kami berangkat dari kecamatan Wanadadi menuju kecamatan Batur. Kira-kira melewati tiga kecamatan lain, yaitu kec. Banjarmangu, Karangkobar, dan Wanayasa. Ditengah-tengah perjalanan kami disuguhi panorama khas dataran tinggi semenjak memasuki kec. Karangkobar. Sebenarnya ada tiga jalur pendakian menuju puncak G.Prau, yaitu via desa Sukorejo (Kendal), via Wonosobo dan via desa Patak Banteng (Banjarnegara). Tapi, kami memilih lewat jalur Patak Banteng, Dieng kulon. Alasan kami memilih jalur ini adalah trekingnya yang lumayan terjal dan relatif lebih cepat sampai dipuncak hanya memakan waktu sekitar 2 jam saja. Alasan lain tentu karena jalur ini dikelola oleh desa Patak Banteng, kab. Banjarnegara. Hal ini kan dapat mendorong APBD Banjarnegara.

Lanjut keperjalanan kami terus melaju hingga ahirnya sampai di basecame pukul 18:15 WIB. Sebelum start kami melaksanakan sholat terlebih dahulu di mushola dekat basecame. Setelah itu kami mengisi data di basecame dan membayar retribusi sebesar Rp. 8.000 untuk 2 orang dan Rp. 5.000 untuk satu unit motor.

Setelah semua siap, kami mulai start pada pukul 19:00 WIB. Trek dari basecame hingga perkebunan masih landai dan jalan yang kita lalui terbuat dari adonan semen dan pasir. 15 menit berlalu, kami mulai memasuki hutan lindung milih Perhutani.
Gambar: Perkebunan penduduk apabila dilihat pada siang hari

Treking yang ada mulai menanjak dan lumayan menguras tenaga hingga nafas kami berdua @ Nur Adi WB tersengal-sengal. Tetapi kami terus naik dan melangkah menuju puncak. Trek yang kami lalui kali ini lebih terjal dari yang sebelumnya. Diperjalanan kami bertemu dengan sekelompok pendaki lokal yang sedang beristirahat. Kami sempat ngobrol-ngobrol sebentar dan saling bertanya satu sama lain sebelum kami berdua melanjutkan perjalanan. Setelah kami berjalan sekitar 45 menit sampailah kami dipuncak G.Prau. Tetapi perkiraan kami meleset. Ternyata dikejauhan masih nampak kedipan police lamp yang menandakan bahwa disana masih ada puncak lagi. Nah loh, kami jadi penasaran hingga ahirnya kami putuskan untuk berjalan terus kearah timur. Jalan yang kami lalui hanya sedikit bergelombang.

Diperjalanan menuju puncak ujung timur kami bertemu dengan banyak pendaki yang sudah ngecamp terlebih dahulu. Pukul 20:15 WIB ahirnya kami sampai dipuncak paling timur G.Prau. Ahirnya kami mencari tempat untuk mendirikan tenda/dome. Kami memilih dicekungan diantara bukit -bukit kecil. Tempat itu strategis karena terlindung oleh bukit-bukit yang ada disampingnya. Hal itu bertujuan untuk memperkecil resiko apabila sewaktu-waktu ada badai datang.

Gambar: Tenda/dome yang didirikan dibalik bukit

Sekitar 15 menit kami habiskan untuk mendirikan tenda/dome. Setelah tenda terpancang kami mulai menyiapkan spirius untuk memasak air untuk menyeduh mie gelas. Sebenarnya lebih praktis menggunakan parafin untuk memasak. Tapi, karena ini pendakian yang spontan. Jadi kami tak sempat membelinya. Kemudian kami ganti dengan spirtus. Hanya saja menggunakan spirtus harus membawa wadah juga untuk tempat spirtus saat dibakar. Setelah sekitar sepulih menit air mulai mendidih, meski tidak sepanas seperti air mendidih yang ada dirumah. Tapi lumayanlah kalau digunakan sebagai penghangat perut dari rasa dingin yang mulai menerpa tubuh. Mie gelas sudah kami seduh dan sambil makan kembali mangkuk stainless steel kami gunakan untuk memasak air untuk menyeduh kopi.

Setelah kami makan, minum kopi, dan menikmati hangatnya suasana malam yang ditemani api unggun kecil, kamipun tidur pukul 00:30 WIB. Saya menggunakan jaket tambahan dan SB atau sleeping bag sebagai penghangat tubuh. Hal itu menjaga tubuh kita agar tetap hangat karena tidak melakukan aktifitas. Gunakanlah jaket berbahan polar didalam dan waterproof diluar. Cara mudah untuk mengetahui jaket itu berbahan waterproof atau tidak sangatlah mudah. Tinggal letakkan bibir anda pada lapisan jaket dan tiupkan udara kedalamnya. Apabila udara dari mulut tidak menembus bahan jaket, maka jaket tersebut menggunakan bahan waterproof. Kembali keTKP, kami tidurhingga pukul 04:00 WIB pada tanggal 1 Desember 2013. Adi, teman saya melaksanakan sholat subuh diluar tenda. Sekitar pukul 04:30 kami mulai berjalan menuju puncak untuk melihat golden sunrise yang terkenal hingga kemancanegara.

Gambar: Golden sunrise belum sepenuhnya nampak.

Kami menikmati panorama alam yang begitu indah dan luar biasa. Mengingatkan kami bahwa kita terlalu kecil untuk menyombongkan diri. Hal ini cukup untuk membuat kita termenung dan diam merasakan kedamaiannya. Kami tidak sendiri menikmati panorama alam yang sangat luar biasa indah ini. Disamping kanan kiri, depan belakang banyak sekali pendaki yang sedang menikmati golden sunrise.

Gambar: Dari atas bukit terlihat dome yang bergerombol

Setelah hari mulai beranjak siang kami kembali ketenda untuk membuat sarapan. Tapi sebelumnya kami sempatkan untuk berfoto berdua.

Gambar: Foto berdua bersama Nur Adi Wb.



Sesampainya ditenda kami lekas membuat sarapan. Kali ini kami memasak spaghetti. Namun, lama kami menunggu spaghetti tak kunjung matang. Tapi, kami tetap sabar menunggu spaghetti matang. Dan ahirnya jengjengjeng spaghettipun matang. Kami melahapnya dengan nikmat. Lumayan lah untuk mengisi perut yang lapar. Setelah itu, kami kembali menyeduh kopi dan menikmati sunrise digungung Prau. Sayang sekali kami tak sempat mengabadikan moment tersebut.
Waktu menunjukkan pukul 07:30 WIB kami lekas bergegas membereskan semua sampah dan packing semua barang bawaan.
Pukul 07:45 WIB kami mulai turun melewati bulit Teletubies yang sangat indah dengan kaldera panjang.
Gambar: Disela-sela bukit Teletubies

Kami terus berjalan menuju pulang hingga menemukan persimpangan jalan yang sepertinya adalah jalan air. Kami memutuskan melewati jalan air tersebut. Tetapi, kami malah tersesat karena jalan yang kami lalui tersebut ternyata menuju semak belukar setinggi tubuh kami. Saya putuskan untuk mengambil parang didalam carrier dan melihat jalur pendakian yang tadi malam kami lewati.
Kami memutuskan untuk memotong jalur menuju bukit yang paling jelas terlihat.

Gambar: Tersesat dihutan heterogen G.Prau yang masih perawan

Kami putuskan terus berjalan dan menembus semak belukar tersebut sebelum malam tiba. Ahirnya dengan perjuangan yang hebat kami bisa menembus semak belukar tersebut melalui lereng perbukitan. Nampak didepan mata perkebunan penduduk sudah menyambut. Lega rasanya perasaan kami. Tetapi pesan bagi teman-teman jangan sampai bertindak konyol seperti kami.
Ahirnya pukul 10:00 WIB kami sampai dibasecame kembali.
Sesampainya dibasecame kami tidak beristirahat karena akan melanjutkan pendakian bukit Sikunir yang termasyur itu.
Kami lantas pergi dari basecame G.Prau menuju basecame Sikunir. Sekitar pukul 11 kami sampai dibasecame Sikunir yang letaknya tidak jauh dari basecame G.Prau. Tetapi dibasecame Sikunir tidak ada yang penjaganya. Kami putuskan untuk naik saja tanpa harus mendirikan tenda.
Gambar: Keluarga yang sedang berpiknik bersama.
Kira-kira 20 menit kami sampai dipuncak dan sejenak melepas lelah. Kebanyakan orang yang datang kesini hanya berniat untuk piknik saja. Setelah adzan dhuhur berkumandang kami putuskan untuk turun dan pulang. Namun, sebelumnya kami mengumpulkan sampah-sampah sisa semalam yang ditimbulkan oleh manusia-manusia tak bertanggungjawab. Setelah sampah terkumpul kami lekas membakarnya. Ingatlah kawan ! apa yang kita cari saat mendaki?
Pastilah alam yang bersih bukan?
Jadi, jagalah kebersihan alam kita agar tetap dapat kita nikmati sampai anak cucu kita.

"Jangan meninggalkan apapun kecuali jejak...!"