Golden sunrise
adalah sebutan matahari terbit disebuah gunung cantik bernama Prau.
Entah dari mana asal mula nama Prau berasal namun gambaran akan
keindahannya terlihat pada foto diatas.
Kalau menurut
saya nama Prau itu berasal dari bentuk puncaknya yang memanjang dan
berbeda dari gunung-gunung lain yang ada di Indonesia.
Untuk menikmati keindahannya lebih lanjut tentang indahnya alam G. Prau.
Hari itu tanggal
29 Novemberr pukul 16:00 WIB saya bergegas pulang ketanah kandung saya
tepatnya dikabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Perjalanan saya dari
Surakarta menuju Banjarnegara lumayan melelahkan karena saya dan teman
saya mengendarai motor.
Kami terus melaju atau istilahnya gas pol tanpa henti menuju Banjarnegara.
Perjalanan pulang kali ini lumayan memakan banyak waktu, karena motor yang kami gunakan adalah motor matic.
Setelah jam menunjukkan pukul 21:00 WIB sampailah kami dirumah masing-masing.
Singkat cerita saya tidur pada pukul 00:31, agak meleset dari waktu yang sebenarnya.
Kemudian saya bangun agak kesiangan, mungkin karena kelelahan setelah menempuh perjalanan Solo-Banjarnegara.
Hari itu Sabtu 30
November 2013 saya beserta salah satu teman saya akan mencoba sensasi
hiking keGunung Prau. Menurut tutorial yang saya baca diblog tetangga G.
Prau terletak dikoordinat 7°11′13″LU 109°55′22″BT.
Lama saya
menunggu teman saya datang dari Purwokerto. Katanya si teman saya itu
masih ada jam kuliah. Jadi waktu start menuju G.Prau agak molor beberapa
jam.
Sekitar pukul
14:00 WIB teman saya tiba dirumah saya. Semua perlengkapan sudah kami
packing sebelumnya. Jadi kami langsung berangkat saja menuju basecame
G.Prau. Kami berangkat dari kecamatan Wanadadi menuju kecamatan Batur.
Kira-kira melewati tiga kecamatan lain, yaitu kec. Banjarmangu,
Karangkobar, dan Wanayasa. Ditengah-tengah perjalanan kami disuguhi
panorama khas dataran tinggi semenjak memasuki kec. Karangkobar.
Sebenarnya ada tiga jalur pendakian menuju puncak G.Prau, yaitu via desa
Sukorejo (Kendal), via Wonosobo dan via desa Patak Banteng
(Banjarnegara). Tapi, kami memilih lewat jalur Patak Banteng, Dieng
kulon. Alasan kami memilih jalur ini adalah trekingnya yang lumayan
terjal dan relatif lebih cepat sampai dipuncak hanya memakan waktu
sekitar 2 jam saja. Alasan lain tentu karena jalur ini dikelola oleh
desa Patak Banteng, kab. Banjarnegara. Hal ini kan dapat mendorong APBD
Banjarnegara.
Lanjut
keperjalanan kami terus melaju hingga ahirnya sampai di basecame pukul
18:15 WIB. Sebelum start kami melaksanakan sholat terlebih dahulu di
mushola dekat basecame. Setelah itu kami mengisi data di basecame dan
membayar retribusi sebesar Rp. 8.000 untuk 2 orang dan Rp. 5.000 untuk
satu unit motor.
Setelah semua
siap, kami mulai start pada pukul 19:00 WIB. Trek dari basecame hingga
perkebunan masih landai dan jalan yang kita lalui terbuat dari adonan
semen dan pasir. 15 menit berlalu, kami mulai memasuki hutan lindung
milih Perhutani.
Gambar: Perkebunan penduduk apabila dilihat pada siang hari
Treking yang ada
mulai menanjak dan lumayan menguras tenaga hingga nafas kami berdua @
Nur Adi WB tersengal-sengal. Tetapi kami terus naik dan melangkah
menuju puncak. Trek yang kami lalui kali ini lebih terjal dari yang
sebelumnya. Diperjalanan kami bertemu dengan sekelompok pendaki lokal
yang sedang beristirahat. Kami sempat ngobrol-ngobrol sebentar dan
saling bertanya satu sama lain sebelum kami berdua melanjutkan
perjalanan. Setelah kami berjalan sekitar 45 menit sampailah kami
dipuncak G.Prau. Tetapi perkiraan kami meleset. Ternyata dikejauhan
masih nampak kedipan police lamp yang menandakan bahwa disana masih ada
puncak lagi. Nah loh, kami jadi penasaran hingga ahirnya kami putuskan
untuk berjalan terus kearah timur. Jalan yang kami lalui hanya sedikit
bergelombang.
Diperjalanan
menuju puncak ujung timur kami bertemu dengan banyak pendaki yang sudah
ngecamp terlebih dahulu. Pukul 20:15 WIB ahirnya kami sampai dipuncak
paling timur G.Prau. Ahirnya kami mencari tempat untuk mendirikan
tenda/dome. Kami memilih dicekungan diantara bukit -bukit kecil. Tempat
itu strategis karena terlindung oleh bukit-bukit yang ada disampingnya.
Hal itu bertujuan untuk memperkecil resiko apabila sewaktu-waktu ada
badai datang.
Gambar: Tenda/dome yang didirikan dibalik bukit
Sekitar 15 menit
kami habiskan untuk mendirikan tenda/dome. Setelah tenda terpancang kami
mulai menyiapkan spirius untuk memasak air untuk menyeduh mie gelas.
Sebenarnya lebih praktis menggunakan parafin untuk memasak. Tapi, karena
ini pendakian yang spontan. Jadi kami tak sempat membelinya. Kemudian
kami ganti dengan spirtus. Hanya saja menggunakan spirtus harus membawa
wadah juga untuk tempat spirtus saat dibakar. Setelah sekitar sepulih
menit air mulai mendidih, meski tidak sepanas seperti air mendidih yang
ada dirumah. Tapi lumayanlah kalau digunakan sebagai penghangat perut
dari rasa dingin yang mulai menerpa tubuh. Mie gelas sudah kami seduh
dan sambil makan kembali mangkuk stainless steel kami gunakan untuk
memasak air untuk menyeduh kopi.
Setelah kami
makan, minum kopi, dan menikmati hangatnya suasana malam yang ditemani
api unggun kecil, kamipun tidur pukul 00:30 WIB. Saya menggunakan jaket
tambahan dan SB atau sleeping bag sebagai penghangat tubuh. Hal itu
menjaga tubuh kita agar tetap hangat karena tidak melakukan aktifitas.
Gunakanlah jaket berbahan polar didalam dan waterproof diluar. Cara
mudah untuk mengetahui jaket itu berbahan waterproof atau tidak
sangatlah mudah. Tinggal letakkan bibir anda pada lapisan jaket dan
tiupkan udara kedalamnya. Apabila udara dari mulut tidak menembus bahan
jaket, maka jaket tersebut menggunakan bahan waterproof. Kembali keTKP,
kami tidurhingga pukul 04:00 WIB pada tanggal 1 Desember 2013. Adi,
teman saya melaksanakan sholat subuh diluar tenda. Sekitar pukul 04:30
kami mulai berjalan menuju puncak untuk melihat golden sunrise yang
terkenal hingga kemancanegara.
Gambar: Golden sunrise belum sepenuhnya nampak.
Kami menikmati
panorama alam yang begitu indah dan luar biasa. Mengingatkan kami bahwa
kita terlalu kecil untuk menyombongkan diri. Hal ini cukup untuk membuat
kita termenung dan diam merasakan kedamaiannya. Kami tidak sendiri
menikmati panorama alam yang sangat luar biasa indah ini. Disamping
kanan kiri, depan belakang banyak sekali pendaki yang sedang menikmati
golden sunrise.
Gambar: Dari atas bukit terlihat dome yang bergerombol
Setelah hari
mulai beranjak siang kami kembali ketenda untuk membuat sarapan. Tapi
sebelumnya kami sempatkan untuk berfoto berdua.
Gambar: Foto berdua bersama Nur Adi Wb.
Sesampainya ditenda kami lekas membuat sarapan. Kali ini kami memasak spaghetti. Namun, lama kami menunggu spaghetti tak kunjung matang. Tapi, kami tetap sabar menunggu spaghetti matang. Dan ahirnya jengjengjeng spaghettipun matang. Kami melahapnya dengan nikmat. Lumayan lah untuk mengisi perut yang lapar. Setelah itu, kami kembali menyeduh kopi dan menikmati sunrise digungung Prau. Sayang sekali kami tak sempat mengabadikan moment tersebut.
Waktu menunjukkan pukul 07:30 WIB kami lekas bergegas membereskan semua sampah dan packing semua barang bawaan.
Pukul 07:45 WIB kami mulai turun melewati bulit Teletubies yang sangat indah dengan kaldera panjang.
Gambar: Disela-sela bukit Teletubies
Kami terus berjalan menuju pulang hingga
menemukan persimpangan jalan yang sepertinya adalah jalan air. Kami
memutuskan melewati jalan air tersebut. Tetapi, kami malah tersesat
karena jalan yang kami lalui tersebut ternyata menuju semak belukar
setinggi tubuh kami. Saya putuskan untuk mengambil parang didalam
carrier dan melihat jalur pendakian yang tadi malam kami lewati.
Kami memutuskan untuk memotong jalur menuju bukit yang paling jelas terlihat.
Gambar: Tersesat dihutan heterogen G.Prau yang masih perawan
Kami putuskan
terus berjalan dan menembus semak belukar tersebut sebelum malam tiba.
Ahirnya dengan perjuangan yang hebat kami bisa menembus semak belukar
tersebut melalui lereng perbukitan. Nampak didepan mata perkebunan
penduduk sudah menyambut. Lega rasanya perasaan kami. Tetapi pesan bagi
teman-teman jangan sampai bertindak konyol seperti kami.
Ahirnya pukul 10:00 WIB kami sampai dibasecame kembali.
Sesampainya dibasecame kami tidak beristirahat karena akan melanjutkan pendakian bukit Sikunir yang termasyur itu.
Kami lantas pergi
dari basecame G.Prau menuju basecame Sikunir. Sekitar pukul 11 kami
sampai dibasecame Sikunir yang letaknya tidak jauh dari basecame G.Prau.
Tetapi dibasecame Sikunir tidak ada yang penjaganya. Kami putuskan
untuk naik saja tanpa harus mendirikan tenda.
Gambar: Keluarga yang sedang berpiknik bersama.
Kira-kira 20
menit kami sampai dipuncak dan sejenak melepas lelah. Kebanyakan orang
yang datang kesini hanya berniat untuk piknik saja. Setelah adzan dhuhur
berkumandang kami putuskan untuk turun dan pulang. Namun, sebelumnya
kami mengumpulkan sampah-sampah sisa semalam yang ditimbulkan oleh
manusia-manusia tak bertanggungjawab. Setelah sampah terkumpul kami
lekas membakarnya. Ingatlah kawan ! apa yang kita cari saat mendaki?
Pastilah alam yang bersih bukan?
Pastilah alam yang bersih bukan?
Jadi, jagalah kebersihan alam kita agar tetap dapat kita nikmati sampai anak cucu kita.
"Jangan meninggalkan apapun kecuali jejak...!"
0 komentar:
Posting Komentar