The Next Generation Traffic Network

Senin, 02 Desember 2013

Menikmati eloknya "Golden Sunrise" di Kaldera yang Panjang Gunung Prau



Golden sunrise adalah sebutan matahari terbit disebuah gunung cantik bernama Prau. Entah dari mana asal mula nama Prau berasal namun gambaran akan keindahannya terlihat pada foto diatas.
Kalau menurut saya nama Prau itu berasal dari bentuk puncaknya yang memanjang dan berbeda dari gunung-gunung lain yang ada di Indonesia.
Untuk menikmati keindahannya lebih lanjut tentang indahnya alam G. Prau.
Hari itu tanggal 29 Novemberr pukul 16:00 WIB saya bergegas pulang ketanah kandung saya tepatnya dikabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Perjalanan saya dari Surakarta menuju Banjarnegara lumayan melelahkan karena saya dan teman saya mengendarai motor.
Kami terus melaju atau istilahnya gas pol tanpa henti menuju Banjarnegara.
Perjalanan pulang kali ini lumayan memakan banyak waktu, karena motor yang kami gunakan adalah motor matic.

Setelah jam menunjukkan pukul 21:00 WIB sampailah kami dirumah masing-masing.
Singkat cerita saya tidur pada pukul 00:31, agak meleset dari waktu yang sebenarnya.
Kemudian saya bangun agak kesiangan, mungkin karena kelelahan setelah menempuh perjalanan Solo-Banjarnegara.
Hari itu Sabtu 30 November 2013 saya beserta salah satu teman saya akan mencoba sensasi hiking keGunung Prau. Menurut tutorial yang saya baca diblog tetangga G. Prau terletak dikoordinat 7°11′13″LU 109°55′22″BT.
Lama saya menunggu teman saya datang dari Purwokerto. Katanya si teman saya itu masih ada jam kuliah. Jadi waktu start menuju G.Prau agak molor beberapa jam.

Sekitar pukul 14:00 WIB teman saya tiba dirumah saya. Semua perlengkapan sudah kami packing sebelumnya. Jadi kami langsung berangkat saja menuju basecame G.Prau. Kami berangkat dari kecamatan Wanadadi menuju kecamatan Batur. Kira-kira melewati tiga kecamatan lain, yaitu kec. Banjarmangu, Karangkobar, dan Wanayasa. Ditengah-tengah perjalanan kami disuguhi panorama khas dataran tinggi semenjak memasuki kec. Karangkobar. Sebenarnya ada tiga jalur pendakian menuju puncak G.Prau, yaitu via desa Sukorejo (Kendal), via Wonosobo dan via desa Patak Banteng (Banjarnegara). Tapi, kami memilih lewat jalur Patak Banteng, Dieng kulon. Alasan kami memilih jalur ini adalah trekingnya yang lumayan terjal dan relatif lebih cepat sampai dipuncak hanya memakan waktu sekitar 2 jam saja. Alasan lain tentu karena jalur ini dikelola oleh desa Patak Banteng, kab. Banjarnegara. Hal ini kan dapat mendorong APBD Banjarnegara.

Lanjut keperjalanan kami terus melaju hingga ahirnya sampai di basecame pukul 18:15 WIB. Sebelum start kami melaksanakan sholat terlebih dahulu di mushola dekat basecame. Setelah itu kami mengisi data di basecame dan membayar retribusi sebesar Rp. 8.000 untuk 2 orang dan Rp. 5.000 untuk satu unit motor.

Setelah semua siap, kami mulai start pada pukul 19:00 WIB. Trek dari basecame hingga perkebunan masih landai dan jalan yang kita lalui terbuat dari adonan semen dan pasir. 15 menit berlalu, kami mulai memasuki hutan lindung milih Perhutani.
Gambar: Perkebunan penduduk apabila dilihat pada siang hari

Treking yang ada mulai menanjak dan lumayan menguras tenaga hingga nafas kami berdua @ Nur Adi WB tersengal-sengal. Tetapi kami terus naik dan melangkah menuju puncak. Trek yang kami lalui kali ini lebih terjal dari yang sebelumnya. Diperjalanan kami bertemu dengan sekelompok pendaki lokal yang sedang beristirahat. Kami sempat ngobrol-ngobrol sebentar dan saling bertanya satu sama lain sebelum kami berdua melanjutkan perjalanan. Setelah kami berjalan sekitar 45 menit sampailah kami dipuncak G.Prau. Tetapi perkiraan kami meleset. Ternyata dikejauhan masih nampak kedipan police lamp yang menandakan bahwa disana masih ada puncak lagi. Nah loh, kami jadi penasaran hingga ahirnya kami putuskan untuk berjalan terus kearah timur. Jalan yang kami lalui hanya sedikit bergelombang.

Diperjalanan menuju puncak ujung timur kami bertemu dengan banyak pendaki yang sudah ngecamp terlebih dahulu. Pukul 20:15 WIB ahirnya kami sampai dipuncak paling timur G.Prau. Ahirnya kami mencari tempat untuk mendirikan tenda/dome. Kami memilih dicekungan diantara bukit -bukit kecil. Tempat itu strategis karena terlindung oleh bukit-bukit yang ada disampingnya. Hal itu bertujuan untuk memperkecil resiko apabila sewaktu-waktu ada badai datang.

Gambar: Tenda/dome yang didirikan dibalik bukit

Sekitar 15 menit kami habiskan untuk mendirikan tenda/dome. Setelah tenda terpancang kami mulai menyiapkan spirius untuk memasak air untuk menyeduh mie gelas. Sebenarnya lebih praktis menggunakan parafin untuk memasak. Tapi, karena ini pendakian yang spontan. Jadi kami tak sempat membelinya. Kemudian kami ganti dengan spirtus. Hanya saja menggunakan spirtus harus membawa wadah juga untuk tempat spirtus saat dibakar. Setelah sekitar sepulih menit air mulai mendidih, meski tidak sepanas seperti air mendidih yang ada dirumah. Tapi lumayanlah kalau digunakan sebagai penghangat perut dari rasa dingin yang mulai menerpa tubuh. Mie gelas sudah kami seduh dan sambil makan kembali mangkuk stainless steel kami gunakan untuk memasak air untuk menyeduh kopi.

Setelah kami makan, minum kopi, dan menikmati hangatnya suasana malam yang ditemani api unggun kecil, kamipun tidur pukul 00:30 WIB. Saya menggunakan jaket tambahan dan SB atau sleeping bag sebagai penghangat tubuh. Hal itu menjaga tubuh kita agar tetap hangat karena tidak melakukan aktifitas. Gunakanlah jaket berbahan polar didalam dan waterproof diluar. Cara mudah untuk mengetahui jaket itu berbahan waterproof atau tidak sangatlah mudah. Tinggal letakkan bibir anda pada lapisan jaket dan tiupkan udara kedalamnya. Apabila udara dari mulut tidak menembus bahan jaket, maka jaket tersebut menggunakan bahan waterproof. Kembali keTKP, kami tidurhingga pukul 04:00 WIB pada tanggal 1 Desember 2013. Adi, teman saya melaksanakan sholat subuh diluar tenda. Sekitar pukul 04:30 kami mulai berjalan menuju puncak untuk melihat golden sunrise yang terkenal hingga kemancanegara.

Gambar: Golden sunrise belum sepenuhnya nampak.

Kami menikmati panorama alam yang begitu indah dan luar biasa. Mengingatkan kami bahwa kita terlalu kecil untuk menyombongkan diri. Hal ini cukup untuk membuat kita termenung dan diam merasakan kedamaiannya. Kami tidak sendiri menikmati panorama alam yang sangat luar biasa indah ini. Disamping kanan kiri, depan belakang banyak sekali pendaki yang sedang menikmati golden sunrise.

Gambar: Dari atas bukit terlihat dome yang bergerombol

Setelah hari mulai beranjak siang kami kembali ketenda untuk membuat sarapan. Tapi sebelumnya kami sempatkan untuk berfoto berdua.

Gambar: Foto berdua bersama Nur Adi Wb.



Sesampainya ditenda kami lekas membuat sarapan. Kali ini kami memasak spaghetti. Namun, lama kami menunggu spaghetti tak kunjung matang. Tapi, kami tetap sabar menunggu spaghetti matang. Dan ahirnya jengjengjeng spaghettipun matang. Kami melahapnya dengan nikmat. Lumayan lah untuk mengisi perut yang lapar. Setelah itu, kami kembali menyeduh kopi dan menikmati sunrise digungung Prau. Sayang sekali kami tak sempat mengabadikan moment tersebut.
Waktu menunjukkan pukul 07:30 WIB kami lekas bergegas membereskan semua sampah dan packing semua barang bawaan.
Pukul 07:45 WIB kami mulai turun melewati bulit Teletubies yang sangat indah dengan kaldera panjang.
Gambar: Disela-sela bukit Teletubies

Kami terus berjalan menuju pulang hingga menemukan persimpangan jalan yang sepertinya adalah jalan air. Kami memutuskan melewati jalan air tersebut. Tetapi, kami malah tersesat karena jalan yang kami lalui tersebut ternyata menuju semak belukar setinggi tubuh kami. Saya putuskan untuk mengambil parang didalam carrier dan melihat jalur pendakian yang tadi malam kami lewati.
Kami memutuskan untuk memotong jalur menuju bukit yang paling jelas terlihat.

Gambar: Tersesat dihutan heterogen G.Prau yang masih perawan

Kami putuskan terus berjalan dan menembus semak belukar tersebut sebelum malam tiba. Ahirnya dengan perjuangan yang hebat kami bisa menembus semak belukar tersebut melalui lereng perbukitan. Nampak didepan mata perkebunan penduduk sudah menyambut. Lega rasanya perasaan kami. Tetapi pesan bagi teman-teman jangan sampai bertindak konyol seperti kami.
Ahirnya pukul 10:00 WIB kami sampai dibasecame kembali.
Sesampainya dibasecame kami tidak beristirahat karena akan melanjutkan pendakian bukit Sikunir yang termasyur itu.
Kami lantas pergi dari basecame G.Prau menuju basecame Sikunir. Sekitar pukul 11 kami sampai dibasecame Sikunir yang letaknya tidak jauh dari basecame G.Prau. Tetapi dibasecame Sikunir tidak ada yang penjaganya. Kami putuskan untuk naik saja tanpa harus mendirikan tenda.
Gambar: Keluarga yang sedang berpiknik bersama.
Kira-kira 20 menit kami sampai dipuncak dan sejenak melepas lelah. Kebanyakan orang yang datang kesini hanya berniat untuk piknik saja. Setelah adzan dhuhur berkumandang kami putuskan untuk turun dan pulang. Namun, sebelumnya kami mengumpulkan sampah-sampah sisa semalam yang ditimbulkan oleh manusia-manusia tak bertanggungjawab. Setelah sampah terkumpul kami lekas membakarnya. Ingatlah kawan ! apa yang kita cari saat mendaki?
Pastilah alam yang bersih bukan?
Jadi, jagalah kebersihan alam kita agar tetap dapat kita nikmati sampai anak cucu kita.

"Jangan meninggalkan apapun kecuali jejak...!"

0 komentar:

Posting Komentar